Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mimpi Indah SBY, Mimpi Buruk Capres Ini?

20 Juni 2023   18:52 Diperbarui: 20 Juni 2023   18:55 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mimpi Indah SBY Mimpi Buruk Anies Baswedan

Pertemuan Puan Maharani dan AHY membuat SBY bermimpi. Menurut KBBI mimpi bisa dalam arti dua, pertama apa yang dilihat atau dialami dalam tidur, arti harafiah. Namun juga ada arti dalam konteks kiasan, angan-angan. Misalnya, banyak anak bermimpi jadi artis atau olah ragawan terkenal. Mimpi dalam maka kedua ini bukan sungguhan, namun angan, keinginan.  

Mengenai mimpi Pak SBY tentu yang tahu hanya dia dan Sang Pencipta, apakah angan-angan, atau benaran mimpi dalam tidurnya yang sangat nyenyak karena puas puteranya diundang partai besar negeri ini. Hal ini  tidak begitu relevan dan penting, jika berbicara mengenai politikus. Bahasa politis yang sangat bias, bersayap, dan juga penuh dengan kemungkinan.

Mimpi sebagai arti sesungguhnya atau kiasan, sudah tidak perlu menjadi bahan pembicaraan atau pemikiran. Jauh lebih penting adalah, makna di balik pernyataan itu. Bagaimana SBY begitu berharap dan berfikir bahwa AHY akan menjadi cawapres bersama dengan Ganjar Pranowo sebagai capres. Maka, sampai bisa bermimpi berkereta dengan Megawati sebagai presiden yang ia gantikan, dan Jokowi yang menggantikannya.

Sebenarnya berjalan-jalan bersama sebagai presiden itu hal yang biasa. Lumrah, wajar, bukan hanya impian, angan-angan, atau terjadi dalam dunia mimpi semata. Lihat saja almarhum BJ Habibie biasa menyambangi Presiden Jokowi ke istana, bergandengan tangan antar presiden beda generasi. Hal yang sangat baik di depan masyarakat.

Demokrasi itu berganti pemimpin  itu hal yang wajar. Perbedaan politik, pendapat, dan hal ikhwal bernegara bukan memutus relasi personal sebagai anak bangsa. Memang, sejarah negeri ini memberikan sebuah pengalaman, sukses cenderung buruk.

Mulai dari Sukarno ke Soeharto, bahkan bayangan Sukarno saja seolah itu musuh besar yang kudu disingkirkan. Buku, pembicaraan, apalagi mengidolakan Proklamator itu adalah keburukan, bahkan sebuah kejahatan bagi seorang presiden yang berkuasa 32 tahun itu.

Pun ketika Soeharto turun dan digantikan wakilnya, anak emasnya BJ. Habibie, relasi personal buruk itu masih ada.   Hingga Soeharto berpulang, relasi itu belum ada perubahan. Hal yang sangat disayangkan sebenarnya.

Relasi yang lumayan baik, tidak ada kisah yang memburuk ketiga Gus Dur almarhum menggantikan Habibie. Pemilihan MPR yang suka atau tidak layak dijadikan rujukan, pernah juga relasi itu bisa biasa.

Kembali  memburuk, ketika Gus Dur dijungkalkan MPR dan memberikan tampuk kekuasaan   itu ke Megawati sebagai wakil presiden. Sejarah terulang, relasi memburuk.

Nah kembali lagi kali ini, pengalaman masa lalu hadir lagi, ketika pemilihan secara langsung memilih SBY menggantikan Megawati. Mantan menteri di kabinet sebelumnya menjadi kompetitor bagi kepala pemerintahannya. Kekalahan ini tentu tidak mudah. Relasi lagi-lagi buruk.

Relatif bagus, tidak ada masalah bahkan antara pengganti SBY, Jokowi yang dulu gubernur pas SBY presiden baik adanya. Apalagi Jokowi juga tidak baperan, sehingga peran oposan yang dijalani SBY dengan Demokrat tidak membuat keadaan keduanya buruk. Sering bertemu dalam banyak momen dan baik-baik saja.

Benar, bahwa sikap oposannya njelehi. Namun pastinya relasi sebagai politikus, pribadi, dan presiden sama sekali tidak memburuk, sebagaimana pendahulunya. Hal yang baik, semoga semakin baik di kemudian hari.

Mimpi SBY untuk bersinergi sebagai negarawan layak mendapatkan apresiasi. Mau mimpi tidur atau mimpi angan-angan. Semuanya baik adanya. Ada komentar bahwa SBY mengambil hati Megawati, hal yang baik-baik saja, tidak masalah. Ini penting, sehingga pergantian pimpinan negara itu hal yang lumrah, bukan ajang permusuhan.

Rakyat diajarkan, diberi teladan, contoh sikap, bukan malah kek anak-anak yang kek kalah main kelereng      dan ngambeg sampai lupa pertemanan. Miris, negara adiluhung namun sikapnya seperti ini. Titik balik bagus, dan semoga menjadi sebuah oase dan harapan lebih baik dari hari ke hari.

Sikap negarawan itu mengesampingkan ranah rasa. Sudah selesai dengan kepentingan, nama baik diri, pujian atau pujaan bahkan, reputasi sempit, nama besar. Semua akan tercatat dengan tinta emas, bukan dengan klaim, rengekan, atau melo baper mengenai masalah kecil. Mengalahkan diri untuk memikirkan bangsa dan negara.

Negeri ini terlalu besar untuk rasa sakit hati, iri, dengki, dan baper dari anak negerinya. Pertaruhan yang sangat besar dan mahal, jika untuk memenuhi unsur ego dan kesenangan sendiri-sendiri.   

Hal itu bicara mengenai relasi pribadi antarpresiden, elit negeri, berbeda dengan perhitungan atau kalkulasi koalisi tentu saja. Benar, politik   itu semua bisa terjadi.  Toh selama ini, tidak juga demikian.

Layak dicermati adalah, bagaimana masalah pencapresan Anies Baswedan? Jika Demokrat hengkang dan bergabung dengan koalisi lain apa yang akan terjadi? Demokrat pergi   berarti jumlah angka untuk mengusung capres sangat kurang. Dua partai yang tersisa tidak cukup mengusung calon sendiri.

Keberadaan koalisi dengan nama sangat mentereng itu akan sirna. Susah mencari teman koalisi yang baru, ketika waktu putaran pemilu makin dekat. Sangat mungkin hanya PKB yang bisa pergi, jika Prabowo tidak mengajaknya menjadi pasangan di dalam pilpres mendatang.

Mimpi indah SBY yang belum tentu demikian bagi yang lain. Apakah akan  terjadi? Ya  layak ditunggu tanggal mainnya.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun