Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KLB dan AHY Bukan SBY

5 Maret 2021   13:58 Diperbarui: 5 Maret 2021   14:16 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingat orang yang ditendang bisa sangat buas dan membalas dengan tidak kenal belas kasihan. Kondisinya berbeda. Dulu deklarator dan partai baru itu perlu sosok dan nama besar, dan SBY bisa dijadikan simbol itu.

Kini, justru sebaliknya. Nama yang disodorkan SBY itu bukan jawaban atas kebutuhan Demokrat saat ini. Hal yang  sebenarnya sederhana saja. Perbedaan persepsi. Ditambah tingkah kader dan elit Dmokrat malah seolah jawara.

Mengatakan Jokowi lembek, namun sekaligus merengek untuk membantu. Kan naif, bagaimana bisa orang minta bantu namun malah mencela dulu. Khas anak-anak. Jadi ingat momen Kompasiana lampau, di mana ada akun yang biasa mencela tulisan, dan lebih sering penulisnya, tetapi rajin banget nitipkan link. Sama juga meludahi muka sambil minta mangga kan?

Siapa yang untung dengan blunder-bluder ini? Moeldoko dan proKLB. Mereka tidak usah teriak-teriak, ngiklan, malah sudah diwartakan oleh kubu AHY sendiri. Ini sama juga dengan membanting dengan meminjam tenaga lawan. Hal yang hanya bisa dilakukan oleh pelaku level tinggi pada pelaku yang masih latihan. Miris sebenarnya.

Pelaporan polisi ini juga nanti menjadi tertawaan. Kan sesuai dengan AD-ART. Apalagi jika malah menyalahkan kapolri dan presiden. Ancaman halus mau demo ke istana ini kan khas bocah yang merasa dinakalin kakaknya.

Belum lama juga mereka menertawakan Jokowi dengan meledek jualan nasi goreng karena ekonomi sulit. Eh kini malah berbalik arah dan mengemis untuk membantu.  Lucu dan tidak cukup malu tampaknya.

Menyasar Jokowi itu andalan yang salah sasaran. Menghantam balik dengan telak. Ditindaklanjuti dengan mengatakan  Jokowi tidak tahu apa-apa oleh AHY dan diulangi SBY makin membuat keadaan makin buruk. Reputasi masa lalu pemain drama diungkit. Ini jelas memberikan amunisi bagi pihak proKLB.

Memecat yang kontra pada AHY jelas blunder dan ujian yang gagal bagi AHY. Jauh lebih menjanjikan jika AHY bisa melakukan konsolidasi. Sowan kepada mereka-mereka, bukan malah membuang mereka.

Mendepak mungkin serasa kemenangan. Tetapi jangan salah, ketika mereka menghimpun kekuatan, jangan kaget ketika mereka melebihi Demokrat AHY. Ingat dan lihat PDI-P. PDI  tinggal  kenangan lho.

Menyasar terus menerus Moeldoko, sangat mungkin ini malah membuat Moeldoko akhirnya mengiyakan saja. Kan makin celaka. Semua terjadi justru dimulai dari AHY dan SBY lebih dulu.  Tidak ada yang salah dengan keberadaan Moeldoko.

Ini politik, jangan menghitung matematis. 1200 kader itu bukan sepele lho.  Kalau tidak hati-hati dan hanya mencari kambing hitam, apalagi salawi, bisa bahaya bagi AHY dan SBY.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun