Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kuasa "Buzzer" dari Hibah 9 M hingga 4 Nakes Penista Agama

24 Februari 2021   20:31 Diperbarui: 24 Februari 2021   20:33 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuasa "Buzzer" dari Hibah 9 Milyar Hingga Penistaan Agama

Warganet sedang merasa gembira. Dua kali berhasil membuat tekanan publik. Hibah sembilan milyar untuk museum SBY-Ani ditarik kembali. Kini menyusul dugaan penistaan agama oleh empat nakes dihentikan oleh kejaksaan setempat.

Tekanan publik model demikian sejatinya tidak baik. Sama juga dengan demo hanya beda cara. Namun mau bagaimana lagi, kala jalan yang lebih elok tidak bisa. Jaksa mengatakan tidak cukup alasan penistaan agama.

Paling tidak harus ada tiga unsur. Pertama, unsur kesengajaan. Tidak ada hal demikian, bukan sebuah kejadian yang disengaja untuk menista. Mereka menjalankan tugas.

Kedua, permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan suatu agama yang dianut di Indonesia. Susah melihat ini sebagai sebuah penyalahgunaan, karena sitausi memang khusus. Ingat, bukan bicara agama. Namun sebuah kejadian luar biasa, pandemi.

Ketiga, di muka umum. Memandikan di tempat yang semestinya, bukan tempat terbuka. Nah dari sana Kejaksaan Negeri memutuskan menghentikan kasus ini.

Tidak perlu berpanjang lebar, mengapa polisi dan jaksa kemarin sudah menyatakan keempat kenaga kesehatan telah menodai agama. Jika masih mengulik itu nantinya ada penunggang yang sedang geram karena telah gagal memprovokasi keadaan.

Jangan lupa, mereka yang itu lagi-itu lagi sedang jengkel dengan keadaan yang sedang mau kalut bisa kembali tenang. Ada kesalahan dan kealpaan, yang sudah perlu dipahami keadaan memang tidak mudah.

Sama juga dengan penarikan kembali dana hibah sembilan milyar. Sayang memang ketika semua hal harus diselesaikan dengan tekanan massa. Mau gerudugan atau menggunakan media sosial sama saja.

Masih banyak masalah yang mampet dengan jalur semestinya. Tekanan massa itu tidak ideal, bahkan buruk, tetapi mau apa lagi. Kondisi ideal masih perlu diupayakan terus menerus.

Media massa harusnya yang memiliki peran edukasi, tekanan pada aparat, pejabat, dan birokrasi ngaco. Toh selama ini cenderung partisan dan malah sering terlibat dalam polemik yang tidak semestinya. Peran mereka sering melenceng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun