Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mega Mendung Sesuram Rizieq-FPI, dan Keberanian Itu Menular

24 Desember 2020   14:04 Diperbarui: 24 Desember 2020   14:07 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mega Mendung Sesuram Rizieq-FPI, dan Keberanian Itu Menular

Siapa menyangka FPI dan Rizieq dengan sedemikian mudah akan menjadi kenangan. Lihat dan cari saja melalui Youtube atau Google akan dengan sangat mudah dilihat betapa besar, hebat, dan kuatnya mereka selama ini. Seolah polisi dan pemerintah menjadi bulan-bulanan mereka. Malam terakhir di mana Rizieq bebas dan mengadakan peringatan kelahiran Nabi itu salah satu buktinya.

Mencaci maki siapa saja yang dianggap berseberangan dengannya. Pada waktu yang sama, warganet utamanya menuntut tindakan tegas dari polisi dan pemerintah. Malah menjadi presiden terutama sebagai tertuduh dan Rizieq ada pada posisi di atas angin. Kemarahan yang berlebihan terutama kepada Nikita Nirzani yang malah menjadi bumerang.

Tanpa perlu lama, Panglima TNI beserta Kepala dan Panglima Kesatuan Khusus mengadakan konferensi pres. Disusul Kapolri melakukan hal yang sama. Kapolda dua dicopot beserta kapolres dan kemudian diikuti dengan show of force dari kesatuan elit antarmatra ke kawasan Petamburan. Pangdam bergerak cepat menurunkan baliho-baliho Rizieq.

Kapolda menmanggil yang bersangkutan sebagai saksi awalnya. Kesulitan dan tarik ulur membuat polisi  tidak sabar dan menjadikan Rizieq tersangka beserta lima lainnya. Kejar-kejaran di malam gelap membuat enam orang laskar tewas. Angka keramat enam muncul. Identik dengan senja kala, antara terang dan gelap berganti atau sebaliknya. Ujungnya, Rizieq menyerah dan datang ke Mapolda. Drama itu usai dengan sangat biasa.

Keberanian Itu Menular

Pemantik reaksi sangat sederhana, tukang obat yang dinyatakan Nikita Mirzani membuat kalang kabut FPI, utamanya Maher. Ancaman pengepungan yang malah  menjadi antiklimaks, FPI menyatakan tidak ikut-ikutan, menyiutkan nyali Maher, dan berujung penahanan juga. Rizieq bereaksi sangat berlebihan ketika menyebut lonte dan polisi serta TNI yang dianggap tidak berpihak kepadanya dengan kata-kata yang sangat tidak patut, konteks acara apalagi.

Pengacara demi pengacara menolak. Tidak bisa membayangkan bagaimana kalutnya elit FPI tanpa Rizieq. Mencoba pengacara flamboyan yang sering memenangkan banyak kasus, Hotman Paris, eh ditolak. Alasannya juga sangat sederhana.

Yusril harapan besar untuk membebaskan Rizieq selaku tokoh kunci penarik minat massa dan juga penyandang dana, pun menolak. Pengacara yang berkali-kali menang melawan negara jelas menjanjikan, jawaban bahwa ia murtad membuat luka FPI makin menganga.  Jawaban ini persis apa yang biasa FPI dan Rizieq lakukan.

Wong nandur bakal ngundhuh pohing pakarti benar adanya. Siapa menabur agin akan menuai badai benar adanya. Kebiasaan menaburkan kekerasan, kebencian, dan agitasi, wajar menerima penolakan dengan demikian tegas, lugas, dan tanpa tedeng aling-aling. Membalik pernyataan mereka sendiri.

Kini, Mega Mendung lagi suram

Dua kali kisah Mega Mendung menjadi sandungan Rizieq. Satu,  kerumunan yang ada. Ini masih juga menyisakan polemik dan pantun berbalas antara Ridwan Kamil dengan Mahfud MD. Apakah berlajut atau tidak, toh Rizieq kalah dan menyerah, tidak ada perlawanan berarti.

Dua, Mega Mendung, PTPN kembali meminta haknya yang dipakai Rizieq untuk membangun pondok pesantren. Sejak 2017 sudah diupayakan kembali, toh masih alot dan tarik ulur. Momentum yang pas, tepat, dan perhitungan yang masak, kini surat dilayangkan, semua sudah selesai.

Senja itu mulai menampakan diri. Jemawa dan seolah semua bisa dikendalikan akhirnya rontok. Kata-kata tukang obat yang membuat Rizieq yang gede, berkuasa, bisa menggerakan orang beribu-ribu itu selesai sudah. Upaya anak buahnya melakukan aksi-aksi dengan sigap ditangkap satu demi satu. Elitnya bergilir mendapatkan undangan dan juga status baru.

Padahal siapa menyangka semua akan berani menyatakan penolakan pada Rizieq dan FPI. Kekuatan tekanan massa mereka begitu dasyat. Lihat saja aksi 212, 411, dan beberapa kegiatan mereka. Seolah hukum itu bisa mereka kuasai. Pelaporan demi pelaporan yang menjerat Rizieq dan elit mereka seolah menguap begitu saja. Kini, semua berubah. Satu demi satu hilir mudik mendatangi Mapolda atau Mabes Polri.

Pertunjukan mesti berakhir, di atas langit ada langit, prinsip yang seolah dilupakan oleh Rizieq dan FPI. Melanggar hukum, memaksakan kehendak, atau mengatur pihak-pihak lain untuk sejalan dengan gagasannya adalah hal  harian. Tanpa berpikir bahwa ada pemantik keberanian  yang membuat semua berantakan dan semua selesai.

Satu demi satu pernyataan mundur dari FPI  sama deras dengan pengakuan mendukung dengan tindak melanggar hukum.   Senja tidak akan bisa dipaksa untuk sejenak mundur. Lampu sebagai pengganti toh tidak mengubah malam sebagai siang.  Salah sendiri dalam bersikap dan mengambil peran adalah kondisi yang memang harus dijalani Rizieq dan FPI.

Semua sudah berakhir. Tidak akan ada lagi yang bisa menyelamatkan, Segala usaha malah makin menyusahkan bahkan membahayakan diri dan Rizieq. Pengguna jasa pasti menarik diri dan menjaga jarak, pemodal dalam aksi-aksi juga sama saja. Menarik diri karena tidak mau ikut-ikutan terdampak.

Semua sudah selesai. Masa depan baru berbangsa tampak lebih cerah.

Terima kasih dan salam

Susy  Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun