Eh tiba-tiba malah hanya karena ada nama Mega, langsung turun dan membentak. Padahal sangat mungkin itu asumsi Pras sendiri karena kaca mata politiknya yang ada pada kubu yang sama. Memang akan sangat naif jika mengatakan si guru nonpartisan dan tidak ada sangkut pautnya dengan politik. Toh bisa juga.
Perlu rekam jejak, dan itu bisa ditelusuri pada media sosialnya, Jika bukan penyuka media sosial, teman-teman atau ditanyakan di kelas. Pasti akan ada satu pengakuan jika si guru memang cenderung melakukan tindakan politik praktis, satu bukti sudah cukup. Tidak hanya satu soal itu saja.
Reaksi Edi Pras itu cenderung berlebihan, tidak proporsional, dan bahkan malah mempermalukan Megawati sebagai Presiden ke-4 dan Ketua Umum PDI-Perjuangan. Apa pernah Mega secara terbuka melakukan hinaan pada Anies, yang guru itu ketahui, itu penting. Berbeda jika Fadli Zon menghina Jokowi, itu publik bisa sangat tahu.
Berbeda pula jika soal itu bicara Anies dihina netizen, atau artis-artis media sosial itu sangat mungkin tidak menjadi kejengkelan karena faktual. Apakah Edi Prast juga akan demikian jika itu menyangkut yang bukan Megawati? Bahasan di atas sudah gamblang.
Alangkah jadi hebatnya Jakarta jika ketua dewan se garang ini dalam banyak kasus. Lha dulu kan ada guru yang radikal kog tidak juga turun dan ikut terlibat dan membentak? Â Tentu bukan menyalahkan Edi atau membenarkan guru, namun bagaimana peristiwa lainnya kog tidak hadir?
Terima kasih dan salam