Rizieq Masihkah akan Membawa Korban Lagi?
Semalam dua kapolda dan dua kapolres telah dicopot kapolri. Hari ini "pembersihan" berlanjut dengan pencopotan kapolres se-Jabodetabek. Sebenarnya sih hal yang wajar dalam sebuah institusi dan lembaga adanya pergantian person atau mutasi, ada yang namanya penghargaan dan promosi. Pun wajar jika dalam kinerja itu dianggap gagal atau lalai kemudian dipindahkan sebagai pembelajaran bersama tentunya.
Ini baru satu lembaga yang menampilkan diri dengan pembenahan dengan segera.  Bagian pemerintahan masih layak ditunggu. Memangnya hanya  kepolisian yang harus menanggung "kesalahan" ini? Susah juga karena unsur politis jauh lebih kuat dari sekadar urusan perizinan dan birokrasi. Ini politis.
Jakarta khususnya, sejatinya bukan hanya kali ini saja ada gerombolan manusia dalam satu tempat dan kawasan, abai protokol kesehatan, dan sejenisnya. Hanya saja ini memang sudah keterlaluan. Ingat bagaimana deklarasi KAMI, demo demi yang namanya UU Cipta Kerja, ujungnya juga sama saja, tidak ada manfaatnya, karena toh lebih pas, tepat, dan bermanfaat juga ke MK. Ini yang sedang di jalani.
Ke mana yang teriak-teriak kami bersama rakyat dan mendukung demo  menolak UU Cipta Kerja?  Demo yang terjadi bukan hanya di Jakarta lho, daerah-daerah juga ada. Ornamen khas baju parpol bertebaran, video elit parpol sedang memantau juga ada. Apakah ini tidak kalah mengerikan dengan perkumpulan Rizieq ini? Tentu bukan hendak mengecilkan atau membela kasus Petamburan. Angka penyebaran covid masih cukup tinggi, dan makin tinggi usia dema demo itu.
Lurah Petamburan konon positif covid. Berdasar  berita ini, tahap reaktif. Jelas bukan hasil atau karena kerumunan di acara Rizieq, namun malah potensial menjadi pembawa dan kemudian penyebar massal. Ingat bukan tuduhan, namun potensial, toh masih bisa juga negatif hasil usapnya.
Kemungkinan terburuk sangat mungkin terjadi. Belum lagi banyak peserta di acara tersebut sangat sibuk, acara yang padat, aktivitas tinggi, sehingga pola makan, istirahat kacau, dan daya tahan tubuh menurun. Ini soal kesehatan dan daya tahan tubuh manusia yang memang ada batas dan kapasitasnya.
Mereka pun ada acara malam, diluar ruang, posisi jelas susah untuk bisa diajakuntuk tertib sebagaimana protokol kesehatan. Lihat saja aktivitas kebiasaan mereka seperti apa. Potensi mereka terpapar sangat tinggi. Perlu diingat bagaimana awal pandemi ketika kluster Goa di India menyebar ke Malaysia, Gowa Sulawesi Selatan, ini soal aktivitas, daya tahan tubuh, dan gaya hidup dan interaksi.
Potensi itu, bukan semata karangan mengada-ada, namun ada rekam jejak kemungkinan karena kemiripan dalam interaksi dan kegiatan. Daya tahan tubuh yang menurun karena aktivitas dan interaksi yang ada. Tentu juga ini bukan bicara agama, namun kegiatan yang menyita energi yang sangat mungkin melemahkan daya tahan tubuh.
Harapannya tentu tanpa ada tambahan korban dalam berbagai bentuk. Sudah terlalu banyak masyarakat dan negara ini berkorban untuk perilaku segelintir orang.
Ke mana pihak-pihak yang getol menyuarakan silakan demo di jalananan, kami bersama rakyat dan berjuang beberapa waktu lalu? Kali ini Rizieq menjadi tumbal. Karena perilakunya sendiri yang merasa kebal segalanya, jadi lupa daratan. Ia seolah menantang dan pihak keamanan sudah sangat geram dan menemukan momentum untuk bertindak.