Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gatot Nurmantyo, PKI, dan PDI-P

25 September 2020   21:07 Diperbarui: 25 September 2020   21:18 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perilaku ini yang perlu disadari dan dijadikan pijakan. Lha pemberontakan di masa lalu bukan hanya  PKI dengan komunismenya kog. Ada yang berdalih agama atau kesukuan. Mengapa itu tidak pernah diekspose dengan cara yang setara?

Hanya mau membuat keadaan kacau,  membenturkan kaum agamis yang masih lugu dan menyamakan komunis dan ateis. Kondisi yang sangat mudah dikipas-kipasi. Murah meriah, ketika agamis disingggung dan dikipasilah komunis. Mudah menyala.

Hanya era Jokowi, komunis hidup lagi, antiulama menggejala. Selama SBY tidak ada narasi PKI atau NeoPKI dan juga kriminalisasi ulama atau antiulama. Apakah ini terlalu berlebihan jika ada kepercayaan karena enggan sipil menjadi pemimpin atas negeri ini? PDI-P lagi yang menjadi pemenang pemilu.

Rakyat ini seharusnya dididik untuk kritis, bukan malah dibina untuk penuh ketakutan dengan ancaman, katanya laten, dikit-dikit komunis, PKI, dan sejenisnya. Sangat tidak produktif.

Jangan salahkan pula, jika ada kelompok lain yang mengajarkan, memasifkan gerakan dan propaganda, bagaimana Orba dengan hantu Komunisnya sangat menakutkan bagi rakyat dan itu sebagai alat kekuasaan.

Bagaimana dulu militer, polisi, PNS-ASN itu bisa tiba-tiba gagal dan dipulangkan, hanya gara-gara ad tetangga yang lapor, anak PKI, atau cucu PKI. Itu nyata bukan isapan jempol. Saksi atau korban masih banyak, segar untuk masih mengisahkan pengalamannya. Belum banyak yang pikun, jadi seimbang jika mereka juga mau berbicara.

Lucu dan aneh, salah satu putera pahlawan revolusi saja malah menjadi salah satu inisiator untuk rekonsiliasi. Ia juga jenderal, mengapa Gatot Numantyo  malah seolah mengipas-kipas dengan narasi ketakutan ala Orba.

Ataukah seiring dan sejalan dengan perilaku tegas dan keras pemerintah saat ini yang menyasar dengan telak jantung Orba?

Penyitaan aset Tomy dan Yayasan yang berafiliasi pada klan Cendana. Hal yang sama sekali tidak terjadi pada masa-masa sebelumnya. Jadi relatif wajar jika mengaitkan hal ini. demikian kencang lho narasinya.

Bambang Triatmojo yang sekian lama malang melintang sebagai pengusaha papan atas. Hilir mudik luar negeri, kini dipaksa untuk membayar hutang dan cekal ke luar negeri adalah penghinaan terbesar bagi orang sekelas Bambang.

Makin kencang sasaran ke klan Cendana, makin keras pula narasi komunis dan neoPKI akan terus berdengung. Sayang bahwa rakyat bangsa ini mudah lupa dan mudah diajak lupa, kala agama disangkut pautkan. Baju dipermanis dengan agamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun