Kisah ugal-ugalannya Tempo belum dingin, eh malah bangsa ini kehilangan seorang tokoh media yang bisa mengarungi banyak zaman. Berbeda dengan perilaku Tempo yang malah membuat keadaan buruk bertambah buruk, hanya karena kesalahan cara bersikap.
Tentu saja tidak bisa juga dinafikan adanya kepentingan dan urusan ekonomi di balik sebuah pilihan dan keputusan. Toh pembacalah yang menjadi hakim, juri, dan wasit atas keberadaan media.
Selamat jalan dan RIP untuk Bapak Jakob Oetama, pembelajaran penting di dalam media di Indonesia. Mengalah bukan kalah, Penyelenggaraan Ilahi menjadi tongkat mengarungi zaman ke zaman.
Terima kasih dan salam
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!