Beberapa waktu lalu, media ini menjadi bulan-bulanan warganet dan rating dalam play store terjun bebas. Eh malah mengulangi lagi dan lagi. Masa lalu Tempo sebagai media kritis memang tidak ada yang meragukan dan meyakinkan. Siapa yang menolak dan tidak percaya dengan itu.
Membaca Tempo adalah kebanggaan dan sebuah prestise tersendiri, itu dulu. Bagaimana mereka melakukan investigasi secara mendalam dan menyeluruh. Sayang, mereka abai satu hal. Zaman berubah dan berbeda. Perilaku masih sama.
Tempo dan kaca mata kuda
Sangat mungkin para pelaku media Tempo menggunakan kejayaan masa lalu sebagai barometer dan tolok ukur untuk menggaet pembaca dan fans fanatis. Mengulik korupsi dan kroni Soeharto siapa yang tidak penasaran dan menjadi suka bahkan penggemar akut? Itu kala itu.
Kini, di era keterbukaan, menjadi ironi ketika Tempo malah menyasar pemerintah, dan Jokowi sebagai pribadi sebagai bahan, laiknya Soharto. Kondisi dan situasi berbeda. Dulu, era Orba  menyasar  Soeharto adalah hero, siapa yang berani jelas akan dipuja.
Aneh dan lucu, ketika kini, yang membela dan bahkan memuja bak babi buta pada Jokowi banyak, pun yang mecela tidak kalah garang. Mau ikut arus manapun Tempo tidak akan terlihat spesial.Â
Apalagi jika bicara korupsi, yang aneh dan ajaib mereka bisa mendapatkan banyak kasus istimewa, yang bukan hasil gawe dan kerja jurnalistik yang semestinya.
Tudingan dan cemoohan mereka menjadi bagian dari kelompok tertentu bukan membuat mereka belajar malah meradang dan menyerang bak babi buta. Kesalahan itu pada pilihan mereka sendiri, bukan pada dunia yang ada.
Pilihan untuk menyerang pemerintah, menyamakan Jokowi dengan Soeharto yang jelas salah. Keadaan yang berbeda disikapi oleh Media Tempo dengan cara yang sama, identik, dan bahkan persis. Ini masalah adalah pada cara pandang mereka, bukan pada pemerintah.
Bagaimana kepanikan mereka malah menuding influencer atau buzzer suka-suka mereka. Ingat ini era online, daring, semua orang bisa menjadi "wartawan" dan semua bisa menjadi media.Â
Tidak perlu menunggu lama, dulu majalah bisa sebulan baru dijawab atau ditulis balasan, atau kalau harian, masih menunggu 24 jam. Zaman berbeda, mengapa pola pendekatan sama.