Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

7 Kesamaan Sri Mulyani dan Siti Fadilah Supari

25 Mei 2020   10:46 Diperbarui: 25 Mei 2020   11:05 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

7 Kesamaan Sri Mulyani dan Siti Fadilah Supari

Hari-hari, ramai pembicaraan mantan Menkes wawancara dengan Deddy di dalam akun media sosial, banyak hal yang bisa dipahami dan dilihat lebih jauh. Namun dalam ulasan kali ini mau melihat bagaimana persamaannya dengan Menkeu Sri Mulyani, karena ada sebuah unsur yang hendak Siti Fadilah tonjolkan, yaitu "jasa" melawan kekuatan dunia, bisa juga dipahami dengan kata lain, "mafia resmi" internasional.

Beberapa perbedaan bisa dilihat bersama sebagai berikut;

Satu, sama-sama pernah dalam kabinet SBY. Mereka pernah dalam gerbong pemerintahan yang sama, di bawah kabinet SBY. Soal akhir yang berbeda dan kemudian dalam kondisi yang bertolak  belakang, lagi-lagi bukan menjadi sebuah ulasan kali ini.  Tentu kondisi,  kesulitan, kemudahan, metode kerja, cara dalam membangun bangsa pernah mereka pahami dengan kaca mata yang mirip.

Muara Siti menjadi pesakitan dan Sri Mulyani menjadi petinggi Bank Dunia itu bisa menjadi ulasan yang lain.  Sudut ulasan kali ini adalah kiprah mereka yang bisa dilihat dalam kesamaannya.

Dua. Mereka dua-duanya juga berhenti dalam kabinet  SBY. Satunya digantikan pribadi lain dan masuk pada jajaran Wantimpres, satunya naik kelas ke kaliber intenasional. Persoalan yang cukup mengganjal adalah ketika ke Bank Dunia dalam acara pamitan Sri Mulyani mengatakan jika jangan ada pemimpin yang mengorbankan anak buahnya. Lebih jauh pernah ada dalam bahasan berikut, ini seutuhnya

Berbeda dengan Siti Fadilah, yang malah di masa senjanya harus berurusan dengan KPK dan penjara. Ada beberapa kontradiksi yang bisa menjadi kupasan lain. Yang pasti ada di dalam penjara  di masa tuanya. Toh hanya tinggal beberapa saat lagi. Menunggu apa yang akan dilakukan nantinya.

Tiga, sama --sama alumni UI. Kampus tua, besar, dan prestisius. Mengantar mereka menjadi puteri-puteri terbaik negeri. Melampaui negeri bahkan, tingkat dunia. Melalui kiprah masing-masing tentunya. Satu bidang kesehatan dan menjadikannya mengusik WHO dan Amrik yang biasa ugal-ugalan dengan negara berkembang dan miskin.

Sri Mulyani menjadi ekonom dan pernah menjabat menjadi petinggi di Bank Dunia. prestasi pun tidak diragukan lagi. Pengakuan dunia yang bukan karena membeli tetapi karena kinerja dan prestasi.  Buktinya apa? ketika Fadli Zon melecehkan berarti benar.

Empat, sama-sama akademisi, dosen, dan ilmuwan penting dalam cabang keilmuan mereka. Kedokteran dan ekonomi, dan kualifikasi pakar beneran, bukan hanya klaim atau kaleng-kaleng. Bidang yang mereka tekuni benar-benar  memang membutuhkan tangan dingin untuk negeri ini.

Kampus mereka pun banyak menyumbangkan pejabat sekelas menteri bagi negeri ini sejak negara berdiri. Memang tidak asal-asalan.

Lima, melawan hegemoni. Melawan Who dengan  Amerika Serikat adalah sebuah prestasi gede. Benar, baik, dan reputasi besar, bukan hanya untuk Indonesia, namun juga negara-negara berkembang lainnya. Bagaimana akhirnya WHO pun mengubah cara bekerja sama. Ini soal keberadaan negara besar dan lembaga dunia yang bisa seenaknya terhadap negara kecil.

Sri Mulyani menghadapi dewan dan presiden. Selengkapnya sudah diulas sebagaimana link di atas. Cukup jelas kesulitan dan keadaannya.

Enam. Berkisah di era Jokowi. Keduanya entah kog bisa kembali mencuat lagi dengan lagi-lagi tema yang berbeda. Kala Siti Fadilah berbicara seolah ada hal yang diabaikan karena "jasa" dan usia soal pembebasan bersyaratnya. Sri Mulyani berbicara mengamankan aset negara yang bisa lepas jika tidak hati-hati berhadapan dengan pimda yang ugal-ugalan.

Prestasi dan satunya mengungkapkan kembali jasa di masa lalu. Itu sih wajar dan normal dalam alam pikir orang tua, merana di penjara pula.

Ketujuh keduanya juga berbicara uang dengan lagi-lagi sudut pandang yang lain. ketika Sri Mulyani memikirkan anggaran negara demi keadaan negara bisa bertahan di tengah amukan ppandemi. Siti mengisahkan penjara karena "pesanan" karena berani melawan kekuatan dunia.

Di antara kesamaan yang ada.  Cukup kuat perbedaanya adalah soal afiliasi politik. Siti Fadilah memilih bersama jalur partai politik, di mana susah melihat kinerja parpol di Indonesia bersih dari permainan uang. Lihat saja bagaimana segala urusan partai apalagi masa itu, ujung-ujungnya adalah doit. Tidak kaget ketika menteri aktif pun masuk penjara dan KPK bekerja sangat keras waktu itu.

Sri Mulyani tetap pada jalur nonpartai yang memang kadang susah menghadapi sentimen tidak jelas di Senayan, toh dengan kemampuannya yang luar biasa bisa melaju dengan relatif baik selama ini. Satu dua ocehan yang berasal dari politikus nirprestasi sih tidak penting.

Susah dan jauh jika berbicara keberadaannya di penjara karena soal melawan Amrik dan WHO semata. Waktunya mosok jauh banget. Jika demi WHO dan Amrik ya seketika, sehingga kepentingannya aman, kalau sudah lewat untuk apa?

Lebih aneh ketika mengatakan mengapa tidak ikut "bebas" karena "jasa" dan juga usia.  Nah orang politik ini yang bekerja. Ia menteri kesehatan, tahu dengan baik hukum, dan memang ada napi korupsi yang dibebaskan? Jangan naif atau pura-pura tidak tahu.

Dalih bahwa ia dibui bukan karena korupsi tidak bisa juga menjadi alasan, wong nyatanya ia memang diketok hakim dengan pasal tindak pidana korupsi. Lagi-lagi ini permaian model orang politik. Mengaburkan yang asli seolah-olah benar. Jangan lupa ini era keterbukaan, orang sangat paham dengan banyak hal karena informasi demikian bebas diakses.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun