Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY dan Gibran Memilih Jalan Politiknya

29 April 2020   18:25 Diperbarui: 29 April 2020   18:22 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perjuangan anak sekolah kan juga bertahap, dari TK atau PAUD, SD, SMP, SMA, dan kuliah. Akselerasi tidak semua bisa, toh jug ada jenjangnya. Tidak mungkin percepatan dari TK langsung SMP. Atau tidak SMA langsung kuliah. Ada proses yang perlu ditempuh. Ini mengenai kemampuan, pengalaman, dan pendalaman materi yang memang harus dijalani.

Benar, bahwa ada orang yang tidak perlu demikian, sebagaimana Menteri KKP Susi yang hanya SMP namun menjadi pemimpin atas doktor bahkan. Itu tidak banyak, toh dalam bidang lain sangat mumpuni dan teruji.  Ada kompensasi yang sangat besar untuk menjembatani adanya  ketidakbiasaan yang ada.

Gibran

Anak sulung Jokowi ini tiba-tiba saja masuk bursa calon wali kota Solo. Tahapan sudah lewat, sehingga membuat ketua DPC dan juga sekaligus Walikota Solo terlihat meradang. Apalagi ketika ada kecenderungan DPP akan memberikan surat keputusan justru kepadanya. Berbeda dengan dukungan kantor cabang.

Kendaraan dokar memang yang dipilih dan dipunyai Gibran. Wajar juga sih, karena memang bukan orang partai, apalagi pemilik partai. Jangan kaget, belum apa-apa, baru mau nyalon saja sudah mendapatkan pelintiran berita.

Gibran mengatakan, sebagai anak presiden ia juga berhak atas pilihan untuk menjadi pimpinan daerah, dalam kenyataannya ia juga tidak meminta jabatan itu. Bisa saja menggunakan kekuasaan Jokowi agar mendapatkan prioritas, dalam kuliner misalnya, karena ia memang pelaku usaha makanan. Toh tidak demikian. Dalam politik hal yang sangat biasa terjadi demikian, toh tidak diambil.

Langkahnya juga paling bawah yang bisa diikuti.  Ia sudah cukup tenar dalam dunia medsos, ketika candaan bersama dengan adiknya, jika mau melebarkan sayap politik, calonan daerah yang lebih luas sangat mungkin. Surabaya misalnya. Ada presiden dengan kekuatan yang tidak kasat mata, bisa saja. Ingat, itu jika aji mumpung.

Pilihan baik dan realistis, toh ia juga mengatakan, jika tidak memilih dan tidak jadi juga tidak apa-apa.  Perubahan sikap dalam berkomunikasi cukup pesat. Ketika mau diwawancara sebelum pelantikan Jokowi ia emosional-marah, toh ia kini bisa sangat nyantai dan membawa ritme cukup baik.

Itu fakta yang ada bagi dua generasi kekinian yang menapaki jalan politik masing-masing. Jalan yang ada dan dimiliki mungkin berbeda. Mau lewat jalan tol atau jalan konvensional itu terserah, dinamikanya masing-masing. Namun proses, kematangan, dan pengalaman itu juga penting. Jalan tol itu cepat, namun keindahan jalan biasa lebih komplet.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun