Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Tanpa Demokrat dan Sebaliknya, Apa yang Akan Terjadi?

18 Februari 2020   09:54 Diperbarui: 18 Februari 2020   10:35 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampil malah soal gaya rambut dan penampilan. Malah lucu ketika militer setengah sipil yang masih galau ia jalani. Menonjolkan sisi kegagalannya dari pada sukses keluar dengan jati diri barunya.

Apakah karena pengaruh bapaknya yang terlalu dominan dan hati-hati? Sangat mungkin, jadi seperti anak yang tidak boleh mengambil keputusan. Jadi gamang ketika mau menuangkan ide dan gagasan. Padahal sangat mungkin Pak Beye menjadi mentor jempolan. Anak sendiri juga, mengapa takut menjadi pesaing?

Peran Dominan SBY bukan Yudhoyono

Miris melihat kiprah Yudhoyono dalam berpolitik. Ketika memang menyiapkan AHY jelas tampak dalam maju dalam pilkada DKI, namun SBY juga masih ketat memegang Demokrat. Biarkan AHY mengambil kendali dan SBY menjadi penasihat spiritual, navigator yang handal, namun bukan pengendali utama.

Isu yang menerpa Demokrat  berkaitan dengan Jiwa Sraya pun SBY sendiri. Dan AHY juga tidak ikut nimbrung apalagi pada garda terdepan. Peran dan suara Pak Beye sudah tidak cukup memberikan dampak. Mengapa? Karena perilaku politisnya selama ini sudah jelas terbaca.

Nah ketika mengedepankan AHY sebagai orang baru, cara yang dikemas baru, dan pemikiran cukup berbeda tentunya. Atas nasihat dan masukan Pak Beye akan berbeda dampaknya. Kelihatan suara Pak Beye tidak lagi memberikan pengaruh. Suara dari rival atau rekan pun sepi-sepi saja. Di dewan juga setali tiga uang.


SBY dan ke Depannya

Cukup menarik menanti Pak Beye dengan tanpa "peran", ketika pribadi cenderung mengagungkan kedudukan, ketika tidak lagi punya, seperti apa sikapnya. Mosok nanti ketika mau berbicara atas nama presiden keenam, kan gak elok karena ada presiden aktif, atau mantan ketua umum partai kan lucu wong ada ketum definitif.

Jauh lebih elegan, bijak, dan bagus, Pak Beye berlaku bak pandhita, penasihat spritual. Contoh bagus adalah almarhum BJ Habibie. Orang masih respek kepada beliau karena pendekatan yang tepat dalam korikor yang pas di dalam berbangsa.  Memang tidak akan mudah dengan kebiasaan, tabiat, dan kedudukan yang berbeda.

Melepaskan sepenuhnya kepada AHY jauh lebih baik, dari pada gojak gajek, namun siap tidak memiliki panggung. Biarkan AHY dengan feelingnya untuk mengarungi bahtera perpolitikan. Bisa belajar ke Pak Jokowi, yang membiarkan Gibran bertarung, dari level terbawah dulu.  Kalah dan menang dalam demokrasi itu pembelajaran yang sangat penting.

Layak menantikan peran duo Yodhoyono di dalam kancah perpolitikan ke depan. Dengan peran seperti apa yang akan mereka sajikan.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun