Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perlawanan Dirut Garuda kepada Erick Thohir, Menolak Mundur, Memilih Pecat?

6 Desember 2019   19:46 Diperbarui: 6 Desember 2019   19:51 3734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang dipercaya, apakah konpres ET atau penyataan AA? Semua masih pada posisi saling menyatakan versi masing-masing. Jika mengacu paduga tak bersalah, ataupun praduga bersalah jauh lebih penting, tetap lebih bisa diyakini keberadaan Menteri Keuangan dan Menteri BUMN dan Bea Cukai. Mengapa?

Mereka bertiga tentu tidak akan gegabah menunjukan dan akhirnya menyarankan dirut Garuda mundur. Ini jauh berbeda dengan kisah Budi Gunawan dan KPK kala itu. KPK yang akhirnya jelas terbaca partisan. Keberadaan dua menteri ini, minimal sepanjang ini keduanya belum molitik dan tidak ada kepentingan politis yang menyertai.

Kredibilitas mereka berdua sebagai menteri dan dirjen tentu tidak dipertaruhkan demii menghadapi seorang dirut semata. Mosok mereka akan "memfitnah", dan jika tidak terbukti mereka akan hancur dan tidak akan ada lagi yang percaya. Cibiran tentu akan menguar setiap saat, apalagi netizen yang sering melebihi kekuasaan siapapun itu.

Membayangkan, bagaimana pengirim karangan bunga itu nasibnya, jika pernyataan tiga pejabat itu mentah dan kalah oleh dirut Garuda. Mereka pasti akan mati kutu dan kena batunya. Apa iya mereka akan dikorbankan?

Cukup aneh dan lucu, atau  mereka tidak ada serikat pekerja, kog tidak ada yang segarang Serikat Pekerja Pertamina dalam menolak Ahok dulu? Atau ada apa ini?

Menteri ET seyogianya memecat dan mengusut seluruh birokrasi dan manajemen Garuda dan juga BUMN lainnya. Apalagi dari  142 BUMN hanya ada 15 BUMN yang rutin menyetor ke negara. Lha yang hampir 90% ke mana? Bolehlah satu dua atau sebagian merugi, namun apa iya gaya hidup petingginya juga sederhana?

Cek saja gaya hidup para petinggi dan elit BUMN itu, bagaimana bisa ketika rugi mereka bergaya hidup mewah, artinya modal dari negara dipakai untuk gaya hidup mereka, bukan untuk menjalankan roda perusahaan? Kalau begitu mengapa bukan serahkan saja kepada swasta dan mendaptkan keuntungan yang sesuai. Tentu tidak semua BUMN dan semua harus mengejar untung.

Beberapa BUMN harus benar-benar dikelola secara profesional, lihat PT KAI bisa berubah dan drastis bahkan. Dar yang amburadul menjadi kebanggaan, tanpa ribut-ribut. Masih ada sebenarnya orang baik dan mau bekerja keras, hanya soal kehendak baik yang masih jauh dari harapan.

Dukungan dan harapan besar tetu untuk Erick Thohir, lepas dari segala isu dan desas-desus soal AA. Satu saja bagaimana Garuda itu selama ini dikelola. Berhadapan dengan ET yang masih relatif pada rel yang benar.

Terima kasih dan salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun