Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Kebo Ijo dan Tekanan Politis Hari-hari Ini

24 September 2019   09:48 Diperbarui: 24 September 2019   14:09 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari-hari ini tensi politik menguat lagi. Usai pilpres cukup mendingan, pertemuan di MRT membawa harapan makin sejuk, ternyata hanya beberapa saat. Usai itu malah makin menguat dan cenderung menggila.

Beberapa peristiwa jelas ada upaya kesengajaan atau ada skenario yang tidak main-main. Begitu banyak persitiwa dengan waktu yang bebarengan, narasi yang ada, dan ikutannya yang susah jika mengatakan itu spontan.

Politik Kebo Ijo

Kebo Ijo seorang senopati yang menjadi terdakwa pembunuh Tunggul Ametung, karena keris yang menancap pada jasad Adipati Tunggul Ametung, dikenal sebagai "milik" Kebo Ijo. Mengapa demikian?

Kebo Ijo dikenal sebagai pribadi umuk, sering pamer, dan itu banyak pihak yang paham dan tahu, katanya lho. Nah kebiasaan ini dimafaatkan oleh orang yang memiliki kepentinga. Dipinjamilah keris sakti. Tentu si "pemberi pinjaman" tahu dengan baik, si Kebo akan pamer dan banyak orang tahu, siapa pemilik keris itu. Dan itu terjadi.

Kekuatan jelas sudah dibangun Kebo Ijo untuk mengambil alih kekuatan. Show of Force tentunya sudah dilakukan baik diam-diam ataupun dalam kalangan terbatas. Hal ini dipahami dan dilihat sangat membantu untuk pihak lain mengambil keuntungan.

PKI dan kisah 65

PKI kala itu menjadi partai yang sangat besar, kuat, dan lagi-lagi cukup jemawa dengan keberadaannya. Beberapa hal yang bisa memberikan faktualisasi

Meminta senjata untung angkatan kelima, ingat ABRI dulu ada empat angkatan, nah PKI menghendaki pemerintah menjadikan angkatan kelima dari petani. Apa urgensinya coba, ini kan hanya akal-akalan.

Kedekatan dengan presiden dan menguasai banyak posisi membuat pihak lain paham, bahwa mereka bisa dimanfaatkan untuk mengambil kekuasaan. Kecurigaan orang jelas pada PKI, karena telah dan pernah mengadakan upaya yang sama.

Kekuatan mereka yang demikian besar, meyakinkan banyak pihak, jika mereka mengambil alih kekuasaan. Dan siapa yang berjaya usai itu?

Jelas ini bukan mau membela PKI dan mendiskreditkan siapa-siapa, namun pola Kebo Ijo itu kog sangat mungkin terjadi pada kisah 65. Identik, bukan sama persis.

Kini hal yang mirip terjadi. Semua peristiwa, kejadian, ujung-ujungnya adalah Jokowi mundur, atau Jokowi tidak jadi presiden. Lagi-lagi ini bukan membela HT atau ormas yang sudah dilarang, namun mengajak melihat dengan lebih teliti. Semua pihak dan arah menyasar pada HT karena mereka memang selama ini ditengarai ada di dalam banyak segi.

Mosok demo UU dan RUU malah menuntut baliknya HRS, lucu atau tidak? Atau ada unsur kesengajaan, sehingga pendompleng lain aman dan tidak terdekteksi dengan jelas?

Melihat kebakaran hutan dengan berphoto, bendera khas, dan pakaian khas, pa iya sedangkal itu pola "kampanye" HT yang terkenal ulet dan tidak kenal menyerah. Bandingkan dengan upaya mereka menyusup  ke mana-mana dan cukup sukses. Mosok mau dipatahkan sendiri denga aksi yang sangat konyol begitu.

Benar bahwa mereka bisa saja panik dan kemudian menampakan kekonyolan-kekonyolan, nampaknya tidak sedemikian kacau jika melihat rekam jejak mereka selama ini. Mereka rapi, sabar, dan telaten, susah melihat mereka ceroboh, karena bisa berantakan jika bermain gegabah.

Lucu dan aneh, bagaimana bisa organisasi terlarang namun nampang dan seolah nantang di mana-mana. Ujungnya Jokowi turun atau tidak dilantik, namun ujung lain, pelaku adalah HT atau radikalis? Cenderung berlebihan narasi yang ada.

Apa yang patut dilihat adalah:

Keberadaan dan kecurigaan yang hanya fokus pada HT atau radikalis bisa membuat orang bias. Pelaku utamanya bisa lolos dan menjadi apa saja dengan mengorbankan banyak pihak. Pengalaman yang sudah terjadi bisa saja terulang.

Kali ini banyak permainan dan pemain yang bisa berada pada posisi yang sama. Dengan mudah melemparkan bola dan pergi dengan diam-diam. Seperti orang kentut dalam kerumunan. Dan ada yang hobi kentut sebagai bahan guyonan, dan tertuduhnya pasti.

Penting adalah melihat dengan jernih, ada banyak kepentingan dan keinginan. Toh yang pati soal kursi dan jabatan saja. Keinginan mengisi kabinet menjadi penting dan lebih menguasai keadaan perpolitikan kini.

Jangan sampai mata terfokuskan pada aksi dan tudingan pada fundamentalis, namun abai pada apa yang terjadi sesungguhnya. Sangat mungkin terjadi, ketika orang hanya tahu kulit dan tidak mau tahu rekam jejak.

Kamuflase sering dan banyak terjadi, mosok harus terus menerus mengandalkan kesaktian waktu untuk mendapatkan jawaban. Teknologi sudah ada, itu sangat membantu. Siapa-siapa yang berdiri demi kepentingan bangsa, siapa yang hanya berorientasi kekuasaan dan kelompok serta diri, dan siapa yang hanya menjadi petualang dengan membenarkan segala cara.

Sekali lagi artikel ini tidak hendak membela PKI, fundamentalis, atau memojokan siapa-siapa, namun bisa melihat apa yang terjadi dengan kacamata lebih luas. Jangan hanya terpaku pada apa yang terlihat nyata, namun sangat mungkin ada pula yang di balik layar dan itu bisa sangat mengerikan.

Jika mau memimpin ya lakukan dengan jiwa ksatria, menang dalam pemilu, mengalahkan rival dengan sportif, dan bukan hanya dengan cara licik dan keji memanfaatkan pihak lain. Miris bangsa ini bisa seperti ini.

Terima kasih dan salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun