Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ijtimak Ulama 4, PKS Siap Jadi Oposisi, Puasa, dan Hero, Serta Mimikri Politik

7 Agustus 2019   09:00 Diperbarui: 7 Agustus 2019   10:31 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Biasa di luar dan berpuasa. Dua poin yang layak disatukan saja, mana PKS biasa di luar, wong baru satu periode juga, dan pernah mau merapat pada 2015, ketika usai pemilihan dan Shohibul Imam yang jadi presiden. Biasanya di mana coba? Selama kabinet SBY mereka selalu di dalam namun perilakunya memang liar eh luar.

Berpuasa. Ini cukup menarik, maksudnya puasa kekuasaan, atau puasa dalam arti mendapatkan asupan gizi, jika demikian benar kementrian dan BUMN adalah sapi perahan dan ATM bagi partai politik. Ini bawah sadar atau memang wujud kejujuran PKS.

Jadi ingat bagaimana dewan dan kementrian periode lampau kedua pimpinannya masuk bui semua. Karena memang lahan basah, bahkan bnajir uang dan korupsi, kedua belah pihak kena KPK semua. Kemungkinan arti puasa ini kog mendapatkan dasar dan alasan yang cukup logis juga.

Tujuan dari puasa dan memilih oposisi adalah agar menjadi hero.  Cukup menarik, apakah hero yang mereka maksud itu, ketika rekam jejaknya jauh dari hal demikian. 

Kecuali bagi partai dan  kepentingan mereka sendiri. Kebersamaan mereka dengan Demokrat jelas membawa gambaran bagaimana pola kinerja mereka. Bukan kebersamaan di dalam pembangunan namun bersama di dalam mengeruk kekayaan bangsa dan negara ini.

Hero sebagai pengawas seperti apa? Toh kemarin kinerja mereka juga nol besar kog. Ontran-ontran mereka di dalam jauh lebih menguras energi dari pada memperbaiki negeri agar lebih baik lagi. Susah melihat mereka menjadi hero bagi bangsa dan negara, kalau demi pribadi, kelompok, dan aliran ya jelas.

Abai etik, mimikri politik, bagaimana mereka bisa dengan mudah menyesuaikan mengenai ideologi. Ideologi itu jelas hal mendasar, fondasi, dan landasan hidup berorganisasi, apalagi partai politik. Namun mereka mampu menjadikan ideologi sebagai sebuah permainan dan menyesuaikan keadaan. Mimikri politik jelas menjadi gaya berpolitik mereka. Benar bahwa politik itu cair, namun bukan dalam hal ideologi juga.

Susah melihat demokrasi yang sehat, ketika mereka menjadikan ideologi sebagai sebuah pertaruhan dengan gampangnya menyematkan ide mereka dan ide landasan berbangsa, seperti NKRI bersyariah berdasar Pancasila.  Gagasan seolah-olah bagus, keren, dan benar. Namun apakah benar demikian? Ketika kedua model itu tidak bisa menyatu karena memang berbeda landasan?

Demokrasi sehat hanya mungkin dan bisa kala dibangun dengan organ-organ yang sehat pula. Sehat berarti tidak mendua, tidak munafik, dan satunya kata dan perbuatan.

 Bangsa ini bangsa besar kog, menjadi kerdil hanya karena para pembangunnya berlaku dan memainkan kaki seribu dalam banyak segi perihidup berbangsa dan bernegara.

Ini masalah yang perlu disadari dulu karena sudah demikian akut, maling pun merasa sebagai rezeki, memfitnah diklaim sebagai membela agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun