Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bambang Widjojanto dan Lemahnya Koordinasi

21 Juni 2019   11:14 Diperbarui: 21 Juni 2019   11:56 2009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Masa sebelum sidang, penolakan, dan kritik tajam, termasuk dari luar negeri, berkaitan dengan mengambil dengan seenaknya sendiri, separo data dan memberikan narasi atau opini atas penelitian pihak lain. Mirisnya  itu dikaitkan dengan kepentingan pilpres, padahal sejak jauh hari sebelum pemilu apa yang dilakukan penelitiannya.

Sejak persidangan, apa yang disajikan hanya mempertegas upaya ini semata menunda saja hasil akhir. Mengapa?

Lemahnya koordinasi. Beberapa hal bisa dilihat, bagaimana bukti yang seharusnya sudah siap namun belum ada. Contoh 12 truk yang katanya tidak bisa masuk. Padahal jelas-jelas itu keteledoran semata. Kalau kelelahan memangnya tidak ada orang lain lagi apa? Lemah dalil soal kelelahan ini.

Pun ketika ada bukti yang dipertanyakan hakim, mereka bingung ada di mana. Ada yang mengatakan sedang dipersiapkan. Lucu, seperti anak semester satu melakukan presentasi paper saja. 

Hal ini pun berulang, ketika ada saksi ternyata membawa bukti yang tidak ada dalam daftar yang diserahkan. Lagi-lagi ini level pimpinan KPK, doktor hukum, pengacara kaliber nasional, namun lemah hanya soal adminsitrasi.

Ada pula pengakuan saksi dari mereka kalau telah menyerahkan bukti video, tetapi pengacara tidak tahu mana buktikan, kepada siapa diserahkan, dan itu saja mereka tahu ketika sidang. Apa yang mereka lakukan selama ini?

Koordinasi juga sangat buruk sehingga sampai ketua tim tidak hadir dalam sidang dengan alasan sedang mempersiapkan hal lain di luar sidang. Kan aneh dan lucu, sekelas ketua harus menyiapkan hal di luar sidang. Normalnya adalah anak buah yang mempersiapkan itu dan pimpinannya ikut di dalam persidangan.

Persiapan yang buruk. Terlihat dari para saksi yang malah menjadi bulan-bulanan hakim dan juga warga net karena kelucuan mereka. Dua hal yang sangat buruk dan fatal, ada saksi adalah terdakwa dan tahanan kota yang bisa ada di sana. 

Kedua, Denny Indrayana yang pernah "melamar" menjadi penasihat hukum kubu lain yang menjadi rival dalam sengketa. Aneh dan lucu ketika ditolak dan menyeberang, unsur profesionalisme dan obyektivitasnya susah bisa diyakini.

Saksi-saksi yang hadir malah memperlemah keadaan yang sedang diperjuangkan. Mengenai DPT yang jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan, pun soal kecurangan yang sangat mudah dimentahkan dan dipatahkan. Jelas ini persiapan yang sangat buruk.

Teguran sampai dua kali bagi Bambang, bahkan sempat pernah mau diusir ini jelas soal persiapan yang buruk. Benar membela saksinya ada tugasnya, namun tentu tidak patut melupakan ranah etika. Apalagi ketika sidang harus berdiri dan berdiskusi di antara tanya jawab hakim dan saksi. Koordinasi yang mentah dipertontonkan karena tidak seriusnya persiapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun