Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Rizal Ramli, Andika Perkasa, dan Kisah Berulang Ratna Sarumpaet

8 Mei 2019   10:52 Diperbarui: 8 Mei 2019   10:59 1613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang terjadi paling panas akhir-akhir ini adalah ciutan RR mengenai Letkol AD, yang menghampirinya di pusat perbelanjaan. Warta yang dinyatakan katanya Prabowo sudah menang, dan itu menjadi bahan bagi RR berbicara. KSAD sebagai atasan Letkol AD itu bereaksi untuk mencari siapa orangnya.

KSAD benar bahwa itu adalah institusi  di mana ia adalah kepala tertingginya untuk mengusut. Soal RR sebagai sipil bukan ranahnya untuk memanggil sekalipun. Cukup lucu dan aneh malah RR yang mengatakan panggil saja saya, jangan cari si Letkol. Lha apa kaitan KSAD dengan pecatan menteri ini? Pencarian ke  bawahan menjadi lebih tepat dan penting, karena menyatakan dengan terbuka AD.

Apapun kata si AD itu, mau Prabowo menang atau kalah, mau benar atau salah, jelas tidak tepat, karena AD adalah lembaga netral yang tidak sepatutnya berpolitik praktis seperti ini. Ranah ini  yang menguatkan dan menjadi pembenar jika Jenderal Andika mau menelusuri dengan tepat dan cermat.  Lebih menjadi persoalan lagi jika berita itu salah, di mana Prabowo kalah dan itu bisa menjadi masalah berkepanjangan.

Beberapa hal kog nampaknya identik dengan kisah RS, di mana apa yang terjadi itu detail, sudah ada perencanaan dan antisipasi, bukan settingan lho ya, jika iya bisa dikatakan menuduh.

Setting, atau latar tempat kejadian. Ingat bahwa RS mengatakan di bandara Bandung, malam, ada orang cepak  melakukan penganiayaan. Ada tempat, pelaku, waktu, dan jelas isinya peristiwa itu. Di sini RR juga mengatakan ada di pusat perbelanjaan, ada bapak dan ibu, yang diperjelas kemudian Letkol AD.

Apa yang dinyatakan itu mau menggambarkan faktual namun malah kedodoran. Dalam kisah RS jelas ternyata penerbangan malam di Bandung dari Jakarta tidak ada. Padahal maunya adalah detail peristiwa untuk meyakinkan publik.

Dalam peristiwa RR ini mengatakan Letkol AD, sebelumnya tidak kenal, apakah orang berseragam, namun apa iya orang berseragam militer, di pusat perbelanjaan berbicara seperti itu? Justru lebih elegan dan tidak terlalu lucu, jika itu di meja restoran, jadi lebih sempit bukan lagi seramai dan seterbuka pusat perbelanjaan.

Melibatkan orang bermbut cepak dalam kisah RS, dan mau membuat keadaan genting, bahwa keamanan menyedihkan. Ramai-ramai mau menemui Kapolri dan ketika diusut ternyata hanya kebohongan semata.

Kini kisah ini juga, menyebut perwira menengah angkatan darat, eh ketika mau dicari si perwira, yang mengatakan itu tidak usah, biar RR saja yang bertanggung jawab. Ya tidak bisa KSAD tidak berwenang mengurus sipil. Pertanggungjawaban tidak bisa diambil laih.

Masalah pengusutan TNI AD bukan soal isi yang disampaikan, namun apa keweangan dan pertanggungjawaban sebagai prajurit. Lucu dan aneh karena menyangkut pangkat dan lembaga, berbeda jika mengatakan Bapak A mengatakan kepada saya telah menang Prabowo, dan perlu disuarakan. Itu sah-sah saja, tidak ada masalah, dan sangat wajar.

Menyebut institusi, menyebut pangkat dengan gamblang, dan apa yang disampaikan sangat bisa berpotensi menjadi masalah. Mengatakan Jokowi menang, sebagaimana hitung cepat saja bisa diusut dan menjadi masalah.  Militer itu tidak berpolitik praktis itu kuncinya, bukan soal Prabowo menang yang utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun