Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Blusukan ala Jokowi dan Kampanye 1000 Titik Sandiaga

26 April 2019   16:03 Diperbarui: 26 April 2019   16:13 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, Jokowi melakukan blusukan itu dengan konsep jelas, telah direncanakan, ditelaah, dan kemudian menjadi sebuah program, seperti menemukan banyak rakyat yang membutuhkan akses jalan untuk panenan, dibukalah jalan. Ada rakyat dan petani kekurangan air, perlu embung dan waduk. Masih banyak rakyat yang perlu tetapi susah untuk mengakses layanan kesehatan, ada program untuk itu.

Beberapa kali Sani juga melakukan, namun malah seolah hanya olok-olok semata. Mengenai harga bawang, korban banjir, dan masih banyak lagi, atau yang terakhir dengan nama ini dan itu. Namun apa yang terjadi berhenti pada nama dan peristiwa semata. Ide dan gagasan untuk mau apa dengan fakta itu masih gagap.

Ketiga, kecenderungan Sandi masih mengejar jumlah titik, kota, dan kehadiran fisik lebih kentara. Jelas ini memberikan dampak dan pembeda yang sangat jelas dan nyata di antara keduanya. Hanya datang, menemukan masalah, dan dijadikan bahan untuk menyerang bukan menemukan solusi yang lebih baik bagi pemilih.

Kedatangan Jokowi karena memang tahu dengan baik esensi kedatangan yang ia gali selama bertahun-tahun, bukan semata dalam masa kampanye, namun juga ketika menjalankan peran sebagai kepala daerah dan kepala negara. Dampak dan penggalian yang Jokowi dan tim dapatkan itu konkret.

Keempat, kecenderungan Sandi adalah menemukan masalah yang sudah ada konsep, menemukan fakta, dan solusi yang itu-itu saja. Jadi sudah ada dalam benaknya masalah itu, dan mencari pembenar dengan fakta lapangan, yang akhirnya lahirlah Sandiwara Uno. Karena memang bukan orang lapangan dia, jadi jika salah dan keliru sangat wajar.

Berbeda dengan Jokowi yang memang sejak awal orang lapangan, pekerja dari bawah, rasa perasaan yang sama itu ia jadikan cara untuk menemukan akar masalah dan kemudian dijadikan bahan untuk  mendapatkan jalan keluar. Berbeda titik pijak, berbeda pula jalan keluar, dan itu pembeda yang jelas kontras.


Dari sanalah hasil pemilihan juga tidak akan jauh berbeda. Usaha, proses, dan hasil itu tidak akan saling meniadakan. Mana bisa sih proses yang potong kompas, instan, bisa mendapatkan hasil yang terbaik?

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun