Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Tantrum Lagi.. Bisa Jadi Kisah "RS" Terulang

17 Desember 2018   05:00 Diperbarui: 17 Desember 2018   05:12 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bisa juga orang yang mau atau hendak menjauhkan Jokowi dan SBY. Siapa itu, lagi-lagi bisa siapa saja. Mau menjauhkan SBY dan Jokowi, meningkatkan sikap curiga, ini jauh lebih jahat, apalagi jika tidak ada yang bisa mendeteksi hingga siapa yang menjadi dalang atas itu semua. Jika hanya menangkap pelaku lapangan, itu sangat gampang ditebak.

Beberapa indikasi bahwa ini  bukan PDI-P adalah; kawasan ini bukan kandang banteng. Di mana PDI-P dan pemilih Jokowi bukan jawara yang bisa melakukan apa saja seenaknya sendiri. Daerah yang bukan tempat di mana orang bisa melakukan apa saja dengan nyaman, enak, dan leluasa.

Apa keuntungan PDI-P atau koalisi 01 misalnya? Malah merugikan, karena sebagai incumben, sangat merugikan jika ketahuan, apalagi polisi pun bertindak. Suara yang mau mencari simpati bisa rusak karena perilaku buruk yang dipakai, jadi bisa diterima nalar, tidak memperoleh hal yang berguna.

Pola pendekatan di dalam mewartakan kog mirip dengan kejadian yang sudah-sudah. Bagaimana sudah ada tudingan pada siapa. Ingat pas kasus RS kemarin, bagaimana mereka juga melakukan itu, pemerintah, kali ini dengan sebutan yang berbeda toh identik. Ada juga mengaitkan dengan ajakan menyerang oleh Erik Tohir sebagai pemicu. Ingat ketika RS pun dikaitkan dengan pernyataan Jokowi yang mengatakan jangan takut diajak ribut.

Ramai-ramai lingkaran utama memberikan pernyataan dengan kalimat senada, mengaitkan dengan lagi-lagi ya rival. Bagaimana perilaku ketakutan dari penguasa, jangan sampai jadi rezim takut bendera, atau bahasa provokatof lain.

Menyimak kronologis dari media, ada beberapa kejanggalan dalam kronologis tersebut. Ada saksi yang melihat aksi itu kemudian meneriaki, karena lari dikejar dan ditangkap. Masih bisa dinalar, meskipun belum juga demikian saja langsung benar. Kemudian menjadi lucu dibwa ke hotel di mana ada tim relawan mereka. Ada yang aneh, ya boleh lah, apa sih yang tidak boleh bagi rombongan baper ini.

Pas "interogasi" ada pertanyaan, "Kamu yang nyuruh PDI-P ya?" "Iya".... Nah apa ada orang dikerubuti, akan berani membantah. Jadi paling mungkin akan mengaku di mana ia akan merasa aman, nyaman, dan tidak akan lebih parah yang dihadapi, ingat meskipun tidak ada kekerasan, toh tetap saja  orang akan mencari aman.

Jika dari hal ini sebagai dasar untuk Pak Beye dan mereka mengaitkan dengan PDI-P dan pemerintah, bisa jadi bumerang. Jika memang benar, sih tidak akan ada apa-apa. Toh paling jauh itu perilaku pribadi, bukan instruksi partai. Simpatisan yang geram.

Jika tidak atau sama sekali bukan afiliasi PDI-P akan ke mana-mana ceritanya. Kedua belah pihak sama-sama tidak terima. Merasa lebih benar dan paling baik.

Jika itu bukan perbuatan kader PDI-P atau koalisi 01, entah apa yang akan terjadi, karena tensi yang sangat buruk jauh lebih buruk. Susah untuk mengajak untuk tidak bereaksi.

Kesempatan polisi untuk menegakan hukum. Jika memang ada aktor intelektual selesaikan, jangan hanya formalitas terus menerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun