Apa yang dinyatakan AHY merupakan cerminan masih lemahnya memahami dinamika politik yang ada. Main dua kaki yang sangat kasar dan vulgar. Demokratis itu bukan membiarkan perbedaan atas hasil. Â Perbedaan sudah usai ketika sudah diketok sebagai keputusan. Aneh atas nama demokratis jika masih mengakomodasi perbedaan sikap. Sudah tidak ada lagi.
Ini bukan hal sepele jika menjadi pemimpin negara seperti ini. Nampaknya, model SBY sangat kuat menjadi ciri AHY. Memberikan kesempatan perbedaan atas nama demokrasi padahal itu komitmen jelas warga SBY yang selalu membiarkan kekerasan, permusuhan, dan penindasan kelompok besar pada yang miskin, atas nama satu musuh terlalu banyak.
Seolah-olah benar, demokratis sesuai namanya Demokrat, Â padahal secara esensial tidak demikian. ini bukan demokratis namanya, munafik. Demokratis akan dengan ksatria memilih mundur jika tidak sesuai dengan idealisme pribadi.
Perhatian bagi Prabowo dan kawan-kawan kalau suara yang 10% lebih sebagai harapan itu tinggal harapan kosong belaka, kan sudah mendapat legitimasi oleh salah satu elitnya, bahwa kader bebas menentukan dukungannya. Yang jelas Demokrat, ingat hanya Demokrat sebagai partai yang mendukung.
Ini memperlihatkan  warna dan watak asli berdemokrasi Demokrat, miris ketika yang mengatakan itu generasi muda, banyak orang yang yakin dan mendukung sebagai seorang calon pemimpin, namun soal konsensus saja belepotan.
Wajar ketika AHY tidak bisa menjadi salah satu kandidat dalam pilpres mendatang. Kualitasnya sudah nampak dengan pernyataannya ini. Apa yang dinyatakan itu prinsip di dalam berdemokrasi, bukan sekadar basa-basi. Jika pemahaman dasar saja sudah buruk, apalagi yang selanjutnya.
Terima kasih dan salam
Â