Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo, Menolak Jadi Cawapres Jokowi, kalau Politikus ini?

15 April 2018   18:53 Diperbarui: 15 April 2018   19:02 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 Prabowo menolak jadi cawapres Jokowi, kalau politikus yang ini bagaimana? Apalagi pertimbangan agar tidak makin besar kutup yang tercipta. Demi bangsa dan negara Jokowi berpikir untuk menyatukan dua kekuatan yang dulunya bersaing, menjadi satu kubu. Tidak heran kemarin ada wacana Anies Baswedan yang dulu adalah bagian Jokowi, kemudian berbalik pada sisi berbeda.

Salah satu pengamat mengatakan Jokowi akan menang dengan mudah jika mengusung Anies. Bolehlah, apa sih yang tidak boleh dalam alam demokrasi. Jika pengamat demikian yakin dengan hal ini, pun saya yakin dengan pilihan satu politikus ini.

Sejak pra 2014 lalu, tokoh satu ini sudah mendekati Jokowi, sang tokoh tahu kalau Jokowi sangat potensial untuk menjadi salah satu kandidat untuk menjadi RI-1. Dan akhirnya memang benar, artinya feeling politiknya keren. Cocok jadi kingmaker.

Tokoh yang bisa membawa warna baru dalam kancah perpolitikan yang ia geluti. Membuat siapa jadi presiden, ganti lagi pas tidak nyaman. Pernah terjadi dalam kekuasaannya di masa lampau. Presiden naik dan turun karena telunjuknya, hebat bukan.

Nah ini, pra 2014, ternyata, keinginan untuk membawa salah satu kadernya untuk mendampingi Jokowi, tidak mendapatkan tempat semestinya. Langsung balik arah dan menjadi oposan utama. Sangat wajar bukan, dengan latar belakang king maker,ditolak dan meradang.

Berbagai pernyataan kog cenderung caper saja, karena pas mendapatkan kursi senyap, tidak pernah ada kritik, apalagi nyinyir, dan cemoohan yang sesarkas sekarang. Artinya apa? perlu kursi untuk "membuatnya" nyaman dan tidak banyak ulah lagi.

Kalau meminjam istilah Imin, yang merasa signifikan dan menentukan pilpres 2019 namun tidak nyapres dan banyak berharap pada Jokowi, adalah karena ranah kepantasan politis. Di sini juga, mosok Jokowi turun, nah si tokoh bisa menjadi cawapres. Toh nyalon presiden juga tidak ada yang yakin kog, suaranya tidak cukup signifikan. Tentunya jadi cawapres masih mayan lah.

Suaranya cukup menjanjikan, baik parpolnya, ataupun ormasnya. Selain itu juga dukungan dari kajian-kajian dan ceramah-ceramahnya cukup membantu. Sangat membangtu sisi Jokowi yang kemarin belum didapat, karena memang sisi berbeda asal si tokoh.

Beberapa kalangan menilai JK muda, si tokoh sama-sama tua, bisalah untuk menjadi salah satu kandidat kuat untuk mendulang dari kelompok yang selama ini justru dilabelkan menjadi "musuh" pada Jokowi.  Seperti agama tertentu, kalangan tertentu, dan pihak-pihak tertentu.

Energi bangsa ini sudah terkuras habis hanya untuk menjembatani isu-isu yang tidak penting namun selalu digelorakan, nah ketika yang ditengarai banyak membuat isu itu sudah ada di dalam, bagaimana mau  berulah coba?

Dalam bahasa psikologi ada yang menyebut orang yang paling tidak suka itu justru yang paling diperhatikan, pun sebaliknya, orang yang paling tidak suka itu yang paling perhatian. Coba bayangkan hanya soal  kecil dari presiden saja coba siapa yang melihat, tentu si tokoh. Tiba-tiba bisa muncul istilah ngibul, padahal banyak pihak mengelu-elukan sertifiat yang dinilai positif. Tidak ada tokoh sekaliber ini yang perhatian, bahwa Jokowi bisa terjebak hanya seremoni dan tidak menyelesaikan persoalan pertanahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun