Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

DPR, Daun Muda Penggoda Iman, dan...

16 Februari 2018   17:20 Diperbarui: 16 Februari 2018   20:21 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES)

DPR, daun muda, dan ulat kelaparan, dalam sebuah kisah inspirasi, ada kisah yang menarik, menyajikan cerita ulat dan daun muda yang sangat menggoda. Ulat ada nada iri dan pengin yang banget atas mudahnya daun mendapatkan makanan. Kata ulat, "Kamu tidak perlu jauh-jauh mendapatkan manakan. Dari ranting, kamu akan mendapatkan suplai makanan yang kamu perlukan".Daun muda yang menggoda hanya tersenyum saja. Ulat merasa makin merana ketika berjalan sekian jauh ia tidak mendapatkan makanan yang cukup enak dan mampu ia kunyah. Apalagi disenyumi daun muda yang begitu menggoda imannya.

Ia kemudian melanjutkan ungkapan nelangsanya, "Daun Muda yang baik, kamu kan seger, muda, hijau, tidak capek-capek cari makan, boleh tidak aku memakanmu?"katanya makin  melas. Harap-harap cemas, apakah mau daun muda itu ia jadikan santapan.

"Waduh, aku memang tidak susah-susah mencari makan, tapi kalau "tubuhku" ini koyak, lobang, atau gripis, mana semarak lagi, mana menarik dan menggoda lagi?"  balas daun muda dengan tidak enak hati, antara kasihan paa ulat dan juga dirinya sendiri.

"Kalian kan banyak, tidak sendirian, kalau hanya kamu, toh tidak apa-apa..."ini bukan rayuan ulat, namun sudah sangat kebelet saking laparnya.

"Baiklah, silakan aku, kamu makan, aku rela demi kamu, Lat...."jawab tegar si daun muda.

"Makasih ya....."dengan lahap ia makan daun itu. Ulat ini hanya kecil, jadi daun itu tidak habis, hanya bolong di tengahnya. Ulat kekenyangan dan jatuh di ranting lain dan jadi kepompong di sana.

Si daun makin tua dan kemudian kering dan melayang jatuh. Sangat alamiah, natural, dan memang demikian adanya. Muda, tua, kering, dan jatuh.

Pengorbanan daun yang merelakan dirinya lobang itu, demi hal  yang lebih besar. Menyelamatkan ulat untuk bisa menjadi kepompong dan selanjutnya kupu-kupu dan demikian terus. Jika daun muda tersebut tidak "rela" tubuhnya koyak atau bolong? Apa yang terjadi? jelas dauh itu menua, kuning, dan layu utuh, namun ulat itu mati. Bagi daun sama-sama akan layu dan jatuh mengering baik bolong atau utuh. Beda bagi ulat, jika daun tidak rela, ia akan mati.

Apa yang dilakukan daun adalah pegorbanan. Pengorbanan yang paripurna adalah pemberian diri. Tidak main-main ia memberikan dirinya untuk dikoyak oleh tajamnya gigi geligi ulat yang runcing itu. Ia rela bahwa bagian dirinya akan koyak, bisa juga habis. Namun ia mau demi nyawa si ulat untuk tetap hidup dan berlanjut. Ia tidak memikirkan penampilan, tidak memikirkan bagaimana wujudnya, namun kehidupan ulat yang lebih penting.

Berkorban itu tidak mengingat risiko bagi dirinya. Ia tahu dengan baik dia rugi, dan tidak dapat apa-apa dengan pemberian diri itu, namun ia rela dan mau memberikannya. Tidak berpikir untuk rugi, atau du et des, kamu memberi biar aku mendapatkan sesuatu. Pamrih, balasan, dan ada timbal balik, bukan model demikan pengorbanan itu.

Motivasinya bukan untung rugi, tetapi bermanfaat bagi yang lain. orientasi keluar bukan ke dalam, untung rugi bukan menjadi bagian yang linier dalam pemberian diri. Daun muda tidak mendapatkan apa-apa secara langsung dalam hal ini, namun dalam konteks yang lebih luas, kupu-kupu membantu penyerbukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun