Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hoax, Sebuah Berkat bagi Media Cetak

10 Februari 2017   07:32 Diperbarui: 10 Februari 2017   07:37 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hoax, Sebuah Berkat bagi Media Cetak

Beberapa saat lalu media cetak seolah tergantikan dengan media internet. Sepanjang ada paket data dan sering sangat murah, bisa untuk mengakses berbagai berita di banyak media, baik yang jelas, abal-abal, ataupun yang hanya mengambil dari media ini itu, sebentuk kompilasi semata. Tidak mengherankan kalau pengasong jarang sekali menjajakan koran lagi.

Berita On-Line, jelas lebih cepat, bagaimana kita selalu ingin yang terdepan, tercepat, dan paling segalanya. Di sinilah kadang abai akan dasar pemberitaan di mana soal cek dan ricek bisa terabaikan atau paling tidak terkesampingkan. Akibatnya bagi media cetak adalah berita sudah sangat ketinggalan waktu terbarunya. Kehangatannya sudah lewat bahkan bisa sudah berubah alur peristiwanya karena kecepatan penemuan, pengungkapan, atau penyelesaikan sebuah kasus atau peristiwa.

Berita di internet juga cenderung sepenggal-sepenggal yang mengulang-ulang. Tidak jarang hanya copas baik paragraf, tidak jarang berita dan artikelpun demikian. Ini yang membuat repot dan ribet mana yang pertama dan bisa dijadikan rujukan, karena sekali lagi ingin menjadi yang terdepan itu, bahkan pribadi-pribadi pun bisa berbuat dengan aneka tawaran seperti blog pribadi, dan sebagainya.

Kecepatan di internet juga membuat tuntutan editor menjadi cenderung lebih permisif, sehigga kesalahan ejaan, bahasa, bahkan isipun sering terlewatkan. Tidak heran jarang ada somasi untuk media cetak dari pada media via internet.

Media cetak jelas memiliki izin, pengelola jelas dan pasti, kantor jelas selalu ada dan tidak susah dicari, akhirnya tentu mereka akan berhati-hati menyajikan data, peristiwa, dan berita karena mudahnya memanggil, mendemo, atau menangkap penanggungjawabnya. Ini bukan berarti bahwa media via internet bisa berlaku sesuka hatinya seharusnya. Idealnya adalah media cetak ataupun maya memegang prinsip yang sama. Namun tentu bisa dimengerti orang yang gagap teknologi wajar jika menjadi berlaku seperti ini. masih perlu waktu dan proses untuk bisa bersikap obyektif, bijaksana, dan tentu bertanggung jawab.

Media cetak lebih mendalam dan mengulas lebih menyeluruh. Deadline, jelas waktunya dan cenderung panjang dibandingkan media di internet yang selalu diperbarui setiap saat pokoknya ada yang baru masuk saja, soal kebenaran dan obyektifitas bisa dilihat lagi. Di sini yang membedakan peran jurnalis dan segala tetek bengek yang mengikutinya, sangat berbeda dengan media maya, yang bisa saja tunggal dan akhirnya soal kualitas bisa terpinggirkan.

Pertanggungjawaban media maya jauh lebih lemah karena bisa saja tanpa nama, tanpa alamat, dan tentu bisa berpindah-pindah selama itu adalah hanya sekelompok kecil atau bahkan pribadi. Sekarang buat, tayang, dan bubar begitu ada indikasi pelaporan atau polisi mengendus kehendak buruknya, hal ini sulit bagi media cetak tentunya. Tidak heran hoaxcenderung lebih marak di media dunia maya.

Berkat bagi media cetak, namun tentu lebih baik jika media maya juga memegang prinsip bermedia bukan semata soal aktualnya, namun juga bisa dipertanggungjawabkan, obyektif, berimbang, dan tidak menimbulkan fitnah, kebencian, dan kebohongan seperti selama ini.  Peran pemerintah yang berkaitan dengan regulasi tentu menentukan, namun jelas lebih penting adalah sikap batin pelaku bermedia yang mendasarinya. Media bukan sarana untuk menebar kebohongan, permusuhan, kebencian, namun saling berbagi di dalam persaudaraan.

Zaman sudah berubah, masa depan adalah kesatuan bukan perselisihan atau perpecahan, media memberikan pencerahan dan menjadi tali pengikat di dalam kebersamaan. Perbedaan adalah kodrat, usaha manusia adalah menemukan persamaan bukannya memperbesar perbedaan yang membuat semuanya menjadi tercerai berai.

Kedewasaan bermedia salah satu indikator demokrasi dan kedewasaan mental hidup bersama. Semua itu hanya bisa terjadi jika memiliki sikap batin positif dan menghargai kemanusiaan di atas segalanya. Bagaimana menyatakan bertuhan dan hidup beriman jika menyurangi sesama sebagai bentuk kebajikan?

Jayalah Indonesia!

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun