Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perilaku Parpol dan Pengurus Olahraga, Sebuah Budaya Instan

24 Maret 2016   05:51 Diperbarui: 24 Maret 2016   07:29 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akibat lebih jauh lahirlah kader abal-abal yang hanya mengedepankan kepentingan diri sendiri. Parpol sudah tidak lagi diingat. Tidak ada ikatan batin ideologis yang memang hendak dibangun. Seperti pekerja yang bisa seenaknya pindah, karena memang tidak merasa memiliki.

Keadaan demikian merupakan pekerjaan rumah besar bagi parpol, jangan malah marah dan menuduh bak babi buta. Sadari kekeliruan selama ini dan kejar kesalahan untuk berubah menjadi partai modern. Partai yang tidak mengandalkan kultus individu atau pendiri namun jiwa dari ideologi. Kesamaan visi merupakan roh yang menyatukan. Jika sudah bisa demikian, jangan harap akan ada kader yang lari atau dituduh kacang lupa kulit. Persaingan sehat akan tercipta, bukan mencari kader namun memiliki kader yang kompeten untuk banyak kepentingan tentunya.

Tidak jauh berbeda dengan dunia olah raga. Bagaimana pembinaan akan menghasilkan atlet-atlet handal bahkan hingga tingkat dunia. Tidak perlu bajak membajak sudah melimpah jumlah pemain yang akan mengharumkan nama bangsa dan negara. Tentu kita ingat era ’90-an buluangkis kaya akan pemain kaliber internasional, namun sekarang maju ke final saja girang alang kepalang.

Parpol dan pengurus cabor harus profesional dan bukan bekas pejabat ini itu yang tidak jarang post power syndrom yang malah membebani bukan membantu. Saat berubah dan berbenah bukan saling tuduh dan mencurigai perbaikan oleh pihak lain. Kehendak baik perlu digelorakan daripada kisruh soal tuduh ini itu yang tidak berguna. Menggelorakan semangat bersama-sama demi kebaikan bukan saling meniadakan dan memusuhi.

 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun