Mohon tunggu...
Candra
Candra Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Duc In Altum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konsep Kematian Menurut Suku Dayak Kanayatn

3 Februari 2023   20:17 Diperbarui: 3 Februari 2023   20:19 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengantar

Perlu kita ketahui bahwa diri kita sebagai manusia adalah makhluk yang fana, yakni akan melewati proses kematian. Kematian sudah menjadi kodrat bagi manusia yang tak dapat dihindari. Kematian merupakan misteri yang sulit diketahui, sebab tak ada seorang pun yang tahu secara pasti kapan waktu ia akan mati. Oleh seab itu, kematian merupakan bagian real dari kehidupan manusia. Peristiwa kematian merupakan bukti nyata akan keterbatasan hidup manusia yang tidak dapat hidup abadi di dunia ini.

Isi

Konsep Umum Tentang Kematian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kematian dapat diartikan sebagai suatu yang sudah hilang nyawanya dan yang tidak hidup lagi. Dari pernyataan itu pun dapatlah diartikan secara harafiah bahwa kematian merupakan segala apapun yang sebelumnya hidup dan kemudian sudah mati atau pun tidak memiliki nyawa lagi. Kematian merupakan kodrat dari semua makhluk hidup, yakni manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun pepohonan. 

Akan tetapi, kematian yang lebih bernilai tinggi dan sangat begitu dihargai ialah kematian yang diterima oleh manusia. Setiap orang tentunya mengetahui bahwa manusia yang hidup di dunia ini pada akhirnya akan melewati proses kematian. Secara umum, kematian merupakan akhir dari kehidupan manusia selama di dunia yang fana ini atau yang dapat disebut sebagai tidak abadi. Kematian bisa datang kapan saja dia mau dan tidak ada seorangpun yang tahu kapan dirinya akan mati. Walaupun demikian halnya, hampir sebagian manusia melewati proses kematian dikarenakan faktor usia yang semakin tua. 

Manusia tidak dapat menolak kodrat kematian. Hal ini pun karena keterbatasan yang dimiliki oleh manusia sendiri. Apabila manusia menolak dan tidak menerima akan kodratnya sebagai manusia yang terbatas dan akan melewati kematian, maka manusia tersebut pun tidak dapat disebut sebagai manusia yang beriman. Manusia yang beriman haruslah dapat meyakini bahwa kematian dapat menghantar mereka untuk memahami hidupnya secara pribadi dan kekuasaan di luar dirinya yang membuat mereka menjadi ada dan tiada, yakni Sang Pencipta.

Konsep Kematian Menurut Suku Dayak Kanayatn

Dayak Kanayatn merupakan salah satu dari sekian ratus sub suku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan. Dayak Kanayatn sendiri dikelompokkan dalam golongan rumpun Land Dayak-Klemantan[1] oleh H.J. Mallinckrodt (1928).[2] Hampir sebagian besar masyarakat subsuku Dayak Kanayatn menetap di wilayah Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Selain itu, sistem kepercayaan orang Dayak Kanayatn lebih mengarah kepada keyakinan mereka terhadap roh. 

Mereka percaya bahwa roh orang mati akan menuju suatu tempat yang disebut Alam Datu Tunjung Punu Gamari. Akan tetapi, sebelum itu diperlukan terlebih dahulu upacara khusus untuk keselamatan para roh dan keluarganya yang masih hidup.

Perlu kita ketahui juga mengenai konsep manusia menurut pandangan suku Dayak Kanayatn. Mereka meyakini bahwa manusia memiliki jiwa dan roh yang pada akhirnya menuju pada 'pintu' maut.  Manusia memahami dirinya sebagai ciptaan yang berasal dari alam dan akan kembali ke asalnya (Subayatn). Masyarakat suku Dayak Kanayatn juga meyakini bahwa apabila seseorang melaksanakan atau pun menaati adat istiadat, maka orang tersebut akan dicintai oleh Penguasa alam semesta; sedangkan bagi orang yang melanggar akan memperoleh hukuman, seperti halnya kelaparan, bencana alam dan penyakit. 

Masyarakat Dayak Kanayatn membedakan antara jiwa dengan roh. Jiwa (sumangat) dianggap sebagai kekuatan inti dari badan manusia. Jiwa menjadikan diri manusia dapat berpikir, merasa dan sekaligus bertindak. Sedangkan roh pada diri manusia diyakini sesudah manusia mati, maka roh tersebut pergi ke alam baka sebagai tempat keilahian, yaitu surga (subayatn). Masyarakat suku Dayak Kanayatn juga meyakini bahwa jiwa dan roh orang mati dianggap akan meninggalkan tubuh manusia setelah upacara penguburan dilaksanakan secara wajar. 

Akan tetapi, apabila tidak dimakamkan secara wajar, maka diyakini bahwa jiwa orang mati tersebut menjadi hantu (pidara). Mereka juga meyakini bahwa kehidupan arwah di alam atas memiliki kesamaan seperti kehidupan manusia bumi, tetapi lebih sempurna. Intinya ialah mereka mempercayai bahwa jiwa dan roh manusia berasal dari kekekalan dan akan tetap hidup untuk selama-lamanya, yakni kembali kepada Tuhan sebagai pencipta (Jubata). 

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn, peristiwa kematian adalah peralihan kehidupan dari dunia bawah (dunia manusia) ke dunia atas (dunia abadi, tempat keilahian). Saat kematian tiba, manusia pun masuk dalam taraf hidup yang serba baru. Atas keyakinan ini pun, masyarakat Dayak Kanayatn selalu mengadakan upacara yang sebaik mungkin untuk mengantar manusia yang sudah mati itu ke tempatnya yang baru, ke martabat hidup yang lebih baik dan lebih mulia. 

Orang Dayak Kanayatn memiliki keyakinan yang jelas tentang adanya kehidupan kekal setelah kehidupan yang fana di dunia ini (eskatologis). Dalam konsep pemahaman masyarakat suku Dayak Kanayatn, untuk mencapai kehidupan kekal diperlukan usaha manusia (selama hidupnya menuruti segala adat istiadat dari leluhur). Sedangkan pandangan Kristen memadukan usaha manusia dengan rahmat atau anugerah cinta kasih Ilahi untuk mencapai surga.

Penutup

Kematian merupakan akhir kehidupan manusia di dunia ini. Manusia terus hidu dalam proses. Hal ini pun tidak dapat ditolak oleh setiap manusia, sebab sudah menjadi suatu hakikat pada dirinya. Proses yang dimaksudkan disini ialah kelahiran, pertumbuhan, sakit dan kematian.

 Apabila ada kehidupan tentu ada pula kematian. Iman Katolik memiliki pandangan bahwa kematian manusia di dunia ini merupakan jalan bagi mereka untuk menuju ke kehidupan yang kekal atau abadi bersama Bapa di Surga. Jiwa dan roh manusia yang bersifat kekal atau abadi akan kembali ke asalnya, yaitu Tuhan sebagai Pencipta. Sedangkan tubuhnya akan mati, dengan kata lain tidak abadi.

Begitu pula halnya dengan pandangan masyarakat suku Dayak Kanayatn, Kalimantan Barat bahwa kematian merupakan langkah awal bagi setiap manusia untuk menuju pada keselamatan abadi. Hal ini pun dapat pula disebut sebagai kehidupan kekal bersama Penguasa alam semesta, yaitu Tuhan (Jubata). 

Selain itu, pemahaman iman Katolik yang didasari oleh Kitab Suci, yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai salah satu sumber pengajaran iman -- juga memiliki konsep pemahaman yang sama dengan budaya Dayak Kanayatn berkaitan dengan cara menuju ke kehidupan abadi tersebut, yakni dengan mengusahakan hidup seturut pengajaran iman yang didasari dengan cinta kasih atau yang dikenal sebagai adat istiadat bagi masyarakat Dayak Kanayatn.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun