Nyanyian Perut Waktu
Di lantai sunyi bersandar tubuh,
kusambut malam tanpa keluh,
di sisiku seekor kucing lusuh,
rahimnya sarang waktu yang utuh.
Dia betina, renta namun megah,
perutnya buncit, detak pun ramah,
bagai lonceng rahasia berkisah,
tentang hidup yang tak pernah resah.
Bulu kusamnya, lembar kitab renta,
tapi matanya masih semesta,
memahami hujan tanpa bertanya,
dan tidur tenang di dada luka.
Aku duduk, lesehan tanpa singgasana,
menghadap diam sebagai guru utama,
belajar dari nafas yang tak berbasa,
bahwa hikmah tak perlu banyak suara.
Betina tua, pendeta sunyi yang tulus,
menyulam sabar di sela napas halus,
mengandung makna, bukan sekadar janin,
tapi waktu yang sabar menanti angin.
Ah, kucing tua, ia bukan sekadar makhluk,
tapi wujud sabda dalam tubuh rapuh,
mengajarku: rahim semesta tak pernah lumpuh,
asal hati bersila, dan batin teduh.
[^_^]
Mojokerto, 20 April 2025, 06:30 WIB
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI