Mohon tunggu...
Patrisius Djiwandono
Patrisius Djiwandono Mohon Tunggu... Dosen -

Pemerhati masalah-masalah pendidikan, generasi millennial, dan gejala-gejala sosial budaya lainnya. Introvert, karena itu lebih suka menulis daripada clubbing atau berkampanye. Banyak belajar dari manusia lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lulusan "Siap Pakai", Apakah Lembaga Pendidikan Kita Memproduksi Celana?

13 Juli 2018   15:00 Diperbarui: 13 Juli 2018   20:48 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: istimewa

Karena itu, ketika berbicara tentang lulusan pun, mereka dengan sendirinya akan mengatakan, "Inilah para lulusan kami yang sudah kami cetak dan proses sedemikian rupa sehingga siap Anda pakai."

Kalau kecurigaan bahwa kampus memang subordinat dunia industri ternyata adalah hal lumrah yang sudah sepantasnya dimaklumi, ya baiklah. 

Kalau memang faktanya demikian ya sudahlah. Namun aspirasi untuk mengasah kreativitas, daya berpikir kritis, orisinalitas, dan semangat kewirausahaan yang tidak jarang berakar dari cara pikir di luar kotak (out of the box) barangkali perlu dikaji ulang. Semua itu bertentangan dengan praktek penerapan standar baku dan keseragaman yang selama ini telah nyata-nyata membelenggu cara pikir sivitas akademik di banyak kampus.

Lalu apa alternatif yang lebih baik untuk menggantikan ungkapan "lulusan siap pakai" tersebut? Sederhana saja solusinya: hapuskan ungkapan itu dari wacana kampus baik ke dalam maupun ke publik luas. Ganti saja dengan yang lebih elok: "Kami melahirkan para lulusan yang mempunyai semangat juang, siap untuk berpikir kritis, kreatif, dan berkarakter baik."

Melahirkan, bukan mencetak. Ya, karena kata "melahirkan" lebih menyiratkan perjuangan dan pergumulan di dalam untuk kemudian melepas sang bayi itu lahir sebagai insan yang sehat dan menatap mantap ke masa depan, entah apapun bentuknya masa depan itu . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun