Kebebasan memilih pemimpin adalah salah satu kesyukuran kita berada di negeri demokratis, Republik Indonesia. Kebebasan ini bukan serta merta menjadi keabsolutan bagi kita, rakyat Indonesia, untuk tidak berpikir. Seyogyanya, kebebasan memilih pemimpin seiring dengan konsekuensi untuk cerdas dalam memilih. Mau tak mau benar perkataan bahwa nasib bangsa ada di tangan kita, rakyatnya.
Bukan sekali dua kali hajat pemilihan umum kita saksikan dan ikuti. Bukan sekali dua kali pula janji-janji manis kita dengar dan lihat terpampang dalam aneka media kampanye sang calon. Yang mestinya kita lakukan mestilah memilih dengan cermat, bukan menggadaikan suara demi dua tiga ratus ribu rupiah namun terus menggerutu jika akhirnya pemerintah kita abai terhadap kita, rakyatnya.
Memilih pemimpin tentu sangat bisa kita lakukan dengan melihat track record sang calon. Bisa jadi calon yang akan dipilih berasal dari incumbentyang sebelumnya memimpin pun bisa jadi seorang yang baru maju mencalonkan diri. Akan lebih mudah menelaah pilihan atas petahana pemimpin. Ia yakni orang yang sebelumnya atau sedang memimpin jelang pemilihan berlangsung. Ini banyak kita lihat termasuk salah satunya untuk pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 kelak. Sang petahana, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) menjadi salah satu calonnya.
Ahok semula merupakan wakil gubernur pasangan Joko Widodo yang naik menjadi RI 1. Dengan naiknya Jokowi, secara langsung Ahok meroket ke jabatan gubernur. Mengingati kembali saat-saat pencalonan Jokowi-Ahok 2012 lalu, banyak sekali janji-janji yang terluncur saat kampanye. Utamanya, tentu saja berkaitan dengan masalah yang lengket dengan Jakarta seperti banjir, kemacetan, pembangunan, kesulitan lapangan pekerjaan, dll. Bahkan masih lekat dalam ingatan slogan kampanye mereka yang ingin membuat “Jakarta Baru”.
Berikut ini 19 janji jelang memerintah menjadi gubernur baik Jokowi maupun Ahok. (Sumber berita: dari sini)
1. Tidak memakai Voorijder untuk merasakan juga kemacetan
2. Hanya 1 jam di kantor. Selebihnya, meninjau pelayanan publik di lapangan.
3. Tidak tersinggung dengan pertanyaan wartawan yang menyudutkan pihaknya
4. Tidak memberikan pentungan dan perlengkapan yang memungkinkan Polisi Pamong Praja memukul warga.
5. Menambah 1.000 unit bus Transjakarta
6. Memberikan honor tambahan kepada Ketua RT/ RW di Jakarta sebanyak Rp 500 ribu per bulan, dan asuransi kesehatan.
7. Memberikan asuransi kesehatan kepada semua anggota RT/RW.
8. Akan memimpin Jakarta selama lima tahun. Tidak menjadi kutu loncat dengan mengikuti Pemilu 2014. (Jumpa pers di rumah Megawati Soekarnoputri, 20 September 2012)
9. Membangun perkampungan yang sehat dan layak huni. Hunian di bantaran Sungai Ciliwung di desain menjadi kampung susun. Melakukan intervensi sosial untuk merevitalisasi pemukiman padat dan kumuh tanpa melakukan penggusuran. (Debat Calon Gubernur DKI Jakarta, 14 September 2012)
10. Mengatasi banjir dengan melakukan pembangunan embung/folder untuk menangkap dan menampung air hujan di setiap kecamatan dan setiap kelurahan. Mengintegrasikan seluruh saluran drainase agar terkoneksi dengan kanal-kanal pembuangan air.
11. Memperbanyak armada angkutan umum, terutama bus TransJakarta di koridor-koridor yang tetap dipertahankan sebagai jalur bus khusus. Merintis MRT/subway. Busway diubah menjadi railbus yang berkapasitas lebih besar. Dengan demikian yang bergerak warga bukan mobil.
12. Membangun Mal PKL, Ruang Publik & Revitalisasi Pasar Tradisional sehingga tidak mengganggu pengguna jalan. (Jakarta, 18 September 2012)
13. Membangun kebudayaan warga kota berbasis komunitas. Merevitalisasi dan melengkapi fasilitas kawasan Old Batavia.
14. Membenah birokrasi bersih dan profesional agar pemerintahan berjalan bersih, transparan, dan profesional.
15. Memberikan pendidikan gratis Kartu melalui kartu Jakarta Pintar. Dengan kartu ini maka warga Jakarta dapat merasakan pendidikan gratis dari SD hingga SMA. Program ini telah berhasil diterapkan di Solo selama 5 tahun. (Kampanye di Kampung Sawah, Gandaria Selatan, Jakarta Selatan, 29 Juni 2012).
16. Melegalkan tanah-tanah yang sebelumnya tidak diakui oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta atau tanah ilegal. (Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, 15 September 2012.
17. Melakukan redesain total dengan membangun Jakarta dari kampung-kampung. (Menteng Dalam, 14 September 2012).
18. Setiap kampung punya ruang publik, ruang hijau, serta drainase memadai dan punya tangki pembuangan komunal. (Menteng Dalam, 14 September 2012)
19. Melanjutkan program Kanal Banjir Timur serta pembangunan tanggul di tiap kecamatan.
Dari sembilan belas janji yang ada ini ditambah apa yang kita alami dan rasakan selama kepemimpinan Ahok, kitalah yang bisa sendiri menilai bagaimana kinerja pemerintah yang kita pilih. Janji-janji ini ada, terucap sebagai bahan evaluasi dari kita, rakyat, terhadap pemerintah kita. Jangan sampai kita lupa apa yang pernah Ahok janjikan kala dirinya hendak dipilih dulu. Jangan sampai kita juga terjebak kedua kalinya juga, pabila banyak ketidaksesuaian janji dengan realitas yang ada.
Kita mengharapkan pemimpin yang santun, yang tegas namun tidak keras, yang membela rakyat yang dipimpinnya, bukan semata kepentigan dan golongannya. Kita memiliki hak atas tanah kelahiran kita, Jakarta. Jangan sampai malah pemimpin kita menggusur kita dari tanah kita dengan mencekikkan aneka harga kebutuhan, dengan menaikkan pajak bukan kepalang, dengan mengabaikan perbaikan-perbaikan.
Saatnya Jakarta memilih pemimpin yang seiya sekata antara janji dan lakunya. Saatnya Jakarta memilih pemimpin yang muda dan banyak karya. Saatnya Jakarta benar-benar memiliki pemimpin yang teladan baik watak, kata dan tindaknya. Saatnya Jakarta memberikan kesempatan pada Sandiaga Uno untuk memperbaiki dan maju bersama. Semoga pasangan Sandiaga dan Saefullah (cagub dan cwagub DKI Jakarta) bisa memberikan harapan dan kerja nyata bagi DKI Jakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI