Mohon tunggu...
Amapatris Witin
Amapatris Witin Mohon Tunggu... -

Pencinta Alam

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenikmatan ketika Berada di Puncak Kesuksesan

22 November 2013   22:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika orang berada pada puncak kesuksesan, muncul kepuasan batin yang hanya bisa dirasakan tetapi sulit diungkapkan. Orang terlena memandang dari ketinggian untuk menikmati keseluruhan yang telah dicapai. Kenikmatan itu membuat orang akan tertegun sembari merenungan betapa sukarnya mengapai kesuksesan. Kebanyakan orang hanya melihat indahnya berada di puncak tetapi tidak akan menelusuri terjalnya jalan menuju sebuah puncak. Perjalanan panjang dan beliku-liku akan memenuhi memory yangtak mungkin terlupakan. Sementara jalan pintas hanya menjadikan beban moril seumur hidup bahkan menjadi sebuah sandungan terus menerus.

Berada di puncak berarti berada pada sebuah ketinggian dan orang memandang secara keseluruhan. Tiada yang lebih tinggi lagi selain dia yang berada pada puncak. Oleh karena itu tepat apa yang disebut “gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit”.Ketika orang merahi cita-cita itu maka tingkat kepuasaan akan terus memuncak sesuai dengan ketinggian cita-cita. Tingkat kepuasan tak jarang menggiring sesorang menuju sifat keakuan sehingga orang disekitarnya dianggap tak bisa berbuat-apa. Inilah yang disebut dengan kesombongan”.

Keakuan adalah khas manusia yang bisa dikembangkan ketika manusia lupa dengan sesamanya. Rasa itu akan hilang sehingga solidaritas antar sesama tidak akan menjadi khas manusia sebagai makhluk sosial. Orang memandang sesama sebagai beban yang harus ditiadakan dan bukan sesama yang perlu diakomodir untuk saling melengkapi. Seburuk-buruknya manusia masih ada kebaikan tertinggi dalam dirinya. Dia memiliki martabat yang sama sebagai manusia dan bukan binatang. Manusia sebagai manusia adalah makhluk mulia yang patut dihormati dan dihargai dengan nilai-nilai luhur. Berada dipuncak hanya sementara karena sebentar lagi orang akan turun dari puncak untuk menikmati amisnya bauh di pasar sayur.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun