Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Secret

Berbahasa bukan hanya tentang keterbukaan tetapi tantang bagaimana kamu bersembunyi (parmanrudiansah)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Legenda Gunung Ciremai

21 Agustus 2025   07:51 Diperbarui: 21 Agustus 2025   07:51 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dasar wanita... Sudah salah bukannya meminta maaf malah cengengesan" Sungut Banas Pati. 

"Apa kau bilang... . " Linggi murka. 

"Ia...Dasar wanita kau seharusnya meminta maaf padaku... " Belum selesai dia menyelesaikan kalimatnya Linggi langsung menendang pedang Banas Pati ke semak - semak tanpa ampun. 

"Rasain welleeeeee...... weleee....." Linggi tampak puas dan menjulurkan lidah tampak puas dan menggemaskan. 

Banas pati hanya bisa terdiam dan dia bertengger menancap di batu pipih tanpa suara. Enggan dan tentu saja jengah atas kekonyolan Linggi. Mereka sudah seperti keluarga. Saking memaklumi. 

Aroma harum menguar tak berselang lama ayam hutan yang dipanggang Linggi tentu saja menggoda selera tidak hanya yang membuatnya Air liur Linggi jatuh dari sudut bibir mungilnya, kalau ada lelaki yang melihatnya mata serakah mereka akan sangat jelas. Bagaimanapun Linggi gadis cantik jelita bahkan kecantikannya yang menjadikan alasan dia sering disiksa teman - temannya. Mengenaskan. Sungguh Tragis. 

Hari demi hari Minggu berganti bulanpun berganti tak terasa tahunpun berganti kini Linggi Gadis cantik itu tengah melanjutkan semedinya diatas batu hitam yang memancarkan aura mengerikan. Dari tubuhnya siluet sayap elang emas, purnama yang penuh pesona. 

Malam itu purnama begitu mencekam. Semua mata memandang. Keanehan purnama kali ini seolah petaka akan datang menghampiri. Semua orang bersiap dan beberapa rumah ditutup rapat. 

Sunyi sepi. Tak ada jangkrikpun bersuara. Pedukuhan yang ramai itu diam - diam seperti diteror hendak diburu. Aroma tanah basar dan bunga melati menguar baunya menghiasi dan mengelilingi Linggi. Hutan Gunung Gede menawarkan sejuta rasa eksotis dan keindahan tak tertandingi. Siapapun betah tinggal disana tidak hanya menghabiskan secangkir teh berdua tetapi menghabiskan sisa hidup bersama. 

Tapi bagi Linggi gadis penuh ceria dan semangat itu bukan keindahan yang dia inginkan tapi menumpas angkara murka yang merata lela membalaskan dendam sampai tuntas tentu saja tugas di pundaknya akan semakin berat. 

Di dalam Padepokan. Kematian ketua padepokan tentu saja menjadi buah bibir. Hilang. Lenyap tidak tahu rimbanya. Anggotanya kalang kabut. Takut musuh lama muncul dan memburu mereka satu persatu. Mereka menyebar mata-mata. Kematian itu sontak menyebar cepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun