Kadang aku mikir: kalau waktu itu aku bisa ketemu versi diriku yang umur 17 tahun, kira-kira kita bakal ngobrolin apa, ya?
Mungkin dia akan nanya,
"Kak, kita udah jadi apa sekarang? Kita udah bawa perubahan? Kita udah bikin dunia lebih baik?"
Dan jujur aja... aku nggak tahu harus jawab apa.
Aku pengen bilang,
"Belum, tapi kita masih bertahan."
"Belum jadi pahlawan, tapi kita juga belum menyerah."
"Kita sempat patah hati, tapi kita belajar berdiri lagi."Aku pengen peluk dia, versi diriku yang masih polos dan berapi-api itu. Yang pikir semua bisa selesai kalau demo turun ke jalan. Yang percaya cinta pertama pasti bertahan. Yang yakin dunia ini adil asal kita cukup keras berusaha.
Versi diriku yang belum tahu rasanya dikhianati rekan seperjuangan.
Belum tahu rasanya dicintai setengah-setengah.
Belum tahu rasanya memperjuangkan sesuatu dengan sepenuh hati... lalu dunia malah nyuruh kita diam.
Tapi aku juga iri sama dia.
Karena dia masih berani bermimpi tanpa takut gagal.
Karena dia masih percaya pada cinta, pada perubahan, pada kata-kata besar yang hari ini terdengar klise.
Hari ini, kita udah lebih dewasa. Tapi juga lebih lelah. Kita udah lebih cerdas, tapi juga lebih sinis. Kita tahu dunia ini kejam, sistemik, dan rumit. Dan yang paling menyakitkan: kadang kita mulai curiga sama idealisme kita sendiri.
Tapi hei...
Kita masih di sini, kan?
Kita belum jadi pemimpin besar, tapi kita belajar jadi manusia yang lebih utuh.
Kita belum menulis buku, tapi kita menulis ulang makna hidup tiap hari.
Kita belum bikin perubahan besar, tapi kita mulai dari hal kecil---dari belajar untuk nggak kehilangan diri sendiri.
Dan kalau malam ini kamu juga lagi ngerasa lelah, atau kehilangan arah...
Coba pikirin deh:
Apa kabar kamu yang umur 17?
Apa dia akan bangga sama kamu yang hari ini?
Atau... apa kamu sedang menjauh dari janji yang kamu buat waktu itu?
Entah kamu jawab apa, satu hal yang pasti:
Dia masih ada di dalam dirimu.
Dia yang dulu berani jatuh cinta, berani gagal, berani marah atas ketidakadilan.
Dia yang dulu kamu pikir udah hilang... padahal dia cuma sembunyi di balik beban hidup yang makin berat.
Malam ini, kalau kamu nggak bisa tidur, coba peluk dirimu sendiri.
Bukan karena kamu lemah tapi karena kamu udah jauh melangkah.
Dan siapa tahu...
Besok pagi kamu bisa mulai lagi.
Dengan semangat yang sama, tapi luka yang lebih bijak.
Karena tumbuh itu bukan soal jadi sempurna. Tapi soal tetap utuh, meski pernah hancur.
Kalau kamu bisa ketemu diri kamu yang umur 17,
Jangan kasih nasihat panjang-panjang.
Cukup peluk dia... dan bilang:
 "Tenang aja. Nanti kita akan baik-baik saja."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI