Jalan Jaksa Agung Suprapto dulunya dikenal sebagai Tjelaket (atau Celaket) pada masa kolonial Belanda. Jalan ini adalah koridor penting kota Malang, menghubungkan pusat kota ke arah utara (menuju Surabaya) sejak awal abad ke-20.
Di sepanjang koridor tersebut berdiri banyak bangunan kolonial kuno, seperti Cor Jesu sendiri, bangunan Frateran, Toko Avia, maupun bangunan bergaya arsitektur Amsterdam School dan gaya Romantiek.
Kajian arsitektur dan koridor jalan ini menyebut koridor Jaksa Agung Suprapto sebagai ruang kota yang penting, baik dari sisi sosial budaya maupun dari aspek estetika.
Misalnya, penelitian tentang pelestarian koridor menyebut koridor ini berisi sekitar 98 bangunan lama yang tampak dari ruas jalan, di antaranya 15 bangunan kuno dengan nilai sejarah tinggi seperti Cor Jesu, Frateran, dan Bank lama. Bangunan Cor Jesu sendiri termasuk yang dianggap prioritas dipreservasi.
Jembatan Celaket juga merupakan bagian dari garis infrastruktur kolonial di kawasan itu. Pada 1917, jembatan tersebut dibangun oleh arsitek Belanda bernama Herman Thomas Karsten, sebagai bagian jaringan transportasi kota.
Sejarah Kota Malang
Secara keseluruhan, koridor Jaksa Agung Suprapto / Celaket membawa identitas kota lama - sebagai ruang transit dan sebagai ruang pendidikan, perdagangan, dan hunian - yang tumbuh dan berubah seiring zaman.
Memadukan Sejarah dan Narasi Pribadi
Cerita kopi tubruk padang, tukang bengkel, warung tua, dan langkah kaki melewati sekolah bukan hanya catatan pribadi - ia beriringan dengan lapisan-lapisan sejarah kota. Keberadaan Cor Jesu sejak awal abad ke-20 menjadikan sekolah itu bukan semata bangunan, melainkan lembaga yang tumbuh bersama kota Malang. Ia menjadi saksi zaman, perubahan, dan penerus generasi.
Jalan Jaksa Agung Suprapto bukan hanya akses lalu lintas. Ia adalah koridor kenangan kota, membentang dari masa kolonial hingga kini, membawa bangunan-bangunan kuno sebagai "monumen hidup" yang menghubungkan masa lalu dan masa sekarang. Ketika aku berjalan di bawah kanopi pepohonan di jalan itu, aku tidak hanya melihat pohon dan trotoar - aku melihat bayangan masa lalu yang masih ikut berdiri.
Keluhan Pak Arie tentang beban pajak untuk pedagang kecil di gang sempit adalah cermin relasi kekuasaan dan ekonomi di zaman modern. Zaman dulu, ruang sosial lebih longgar, regulasi belum sekompleks sekarang. Zaman sekarang, kota padat, regulasi padat; orang kecil sering tersingkir oleh tuntutan administratif dan tekanan ekonomi.