Secara keseluruhan, KopiStudio24 sudah memenuhi kriteria tempat nongkrong yang dicari anak muda : buka 24 jam, harga terjangkau, suasana nyaman, meja lebar, colokan listrik tersedia di mana-mana, dan tentu saja akses wifi. Semua itu menjadikannya ruang yang inklusif, bisa dipakai mahasiswa mengerjakan tugas, pekerja lepas menyelesaikan proyek, atau sekadar orang tua milenial mencari suasana santai.
Namun, nongkrong tentu ada etikanya. Tidak elok duduk berlama-lama hanya dengan satu gelas minuman murah. Ada baiknya sesekali memesan menu lain - misalnya ayam crispy dari 7 Chicken atau kue pancong khas Studio24. Dengan begitu, interaksi ekonomi tetap hidup, dan kedai bisa terus bertahan memberi ruang bagi banyak orang.
Pagi, Kopi dan Kota
Pagi di Jalan Bromo itu akhirnya berakhir ketika saya harus menjemput istri. Tetapi pengalaman singkat di KopiStudio24 memberi saya catatan kecil tentang bagaimana Malang terus bergerak. Kota ini mampu merayakan tradisi religiusnya dengan khidmat, lalu dalam waktu bersamaan menghadirkan ruang-ruang modern yang ramah generasi muda.
KopiStudio24 hanyalah satu contoh kecil dari dinamika itu. Ia berdiri di bangunan tua kolonial, tetapi memasarkan kopi kekinian. Ia menjadi ruang pertemuan mahasiswa, pekerja, bahkan orangtua yang hanya ingin melepas penat sejenak. Dari segelas Americano dingin yang saya teguk pagi itu, saya belajar bahwa kota memang dibangun bukan hanya oleh gedung-gedung atau jalan raya, melainkan juga oleh momen sederhana : menyeruput kopi, bercakap ringan, dan merasakan denyut hidup yang mengalir tanpa henti.
Dan mungkin, itulah yang membuat Malang selalu istimewa.
Joyogrand, Malang, Wed', Sept' 10, 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI