Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Festival Malang Jadoel : Antara Romantisme Tempo Doeloe dan Realitas Kekinian

5 Juli 2025   19:49 Diperbarui: 5 Juli 2025   19:49 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malang Jadoel Tempo Doloe. (Sumber : Putri via kanal24.co.id).

Sebagaimana dicatat oleh pengamat lokal, ekosistem UMKM kuliner di Kota Malang sangat bergantung pada populasi mahasiswa. Perputaran bisnis melonjak ketika perkuliahan aktif, namun menurun drastis saat libur semester. Artinya, keberlanjutan event harus dikaitkan dengan dinamika komunitas lokal, bukan semata menjaring pengunjung instan.

Event berbasis budaya seperti Malang Jadoel memiliki tantangan tersendiri. Ia tidak bisa dijalankan seperti pasar kuliner biasa. Perlu pembinaan tenant, edukasi tema, pelibatan komunitas budaya dan sejarah, bahkan kolaborasi dengan sekolah, kampus, dan komunitas heritage. Tanpa itu semua, festival budaya akan terus terjebak dalam kemasan kosong yang hanya menarik dari sisi visual namun hampa secara makna.

Menyusun Ulang Peta Wisata Budaya Malang

Kurikulum Tematik Festival. Setiap festival bertema harus memiliki "kurikulum" atau panduan tematik. Ini mencakup standar makanan, kostum, tata panggung, dekorasi, dan konten edukasi.

Pelibatan Komunitas Heritage. Kelompok seperti Malang Tempo Doeloe Society, komunitas sejarah, dan pengrajin lokal perlu dilibatkan dalam perencanaan sejak awal.

Seleksi Tenant Berbasis Nilai Budaya. Tenant yang hendak berpartisipasi harus melalui proses seleksi yang mengedepankan kesesuaian tema, bukan sekadar popularitas menu.

Riset Audiens Lokal. Pemahaman terhadap karakteristik warga Malang, wisatawan, dan mahasiswa penting agar event tidak hanya viral tetapi juga berkelanjutan.

Festival Terintegrasi dengan Zona Sejarah Kota. Kawasan seperti Kayutangan Heritage, Jalan Ijen, atau kawasan Pecinan bisa dijadikan episentrum tetap event budaya sehingga publik mendapat narasi ruang dan sejarah yang hidup.

Menjaga Identitas Budaya di Tengah Gempuran Tren Global

Kota Malang berada di persimpangan antara tradisi dan modernitas. Di satu sisi, kota ini kaya akan sejarah kolonial, budaya lokal seperti Arek, Topeng Malangan, dan kuliner legendaris. Di sisi lain, Malang juga kota pelajar yang sangat dinamis dan kosmopolitan. Maka tantangan terbesarnya adalah menjaga identitas budaya agar tidak tenggelam dalam arus globalisasi.

Festival budaya seperti Pasar Kangen harus menjadi arena perjumpaan antara dua kutub itu. Jangan sampai semangat nostalgia sekadar menjadi gimik pemasaran, sementara nilai-nilai budaya dan sejarah lokal justru dikorbankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun