Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Harus Cerdik Menghadapi Tarif Timbal-Balik Trump

3 April 2025   18:53 Diperbarui: 3 April 2025   18:53 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Clip art Kemungkinan Resesi 2025. (Sumber : liputan6.com).

Trump sering menggunakan tarif sebagai senjata geopolitik. Jika ada kebijakan Indonesia yang tidak sejalan dengan kepentingan AS, misalnya terkait hubungan Indonesia dengan China, kebijakan energi, atau sikap terhadap konflik global, maka tarif bisa digunakan sebagai bentuk tekanan diplomatik.

Dugaan "Unfair Trade Practices"

AS bisa saja menuduh Indonesia melakukan praktik perdagangan yang tidak adil, seperti subsidi ekspor, dumping (menjual barang lebih murah di luar negeri dibandingkan di dalam negeri), atau pembatasan impor dari AS. Ini sering menjadi alasan bagi AS untuk mengenakan tarif tinggi terhadap suatu negara.

Dampak bagi Indonesia

Ekspor ke AS bisa terpukul jika tarif ini membuat produk Indonesia kurang kompetitif. Sektor-sektor yang bergantung pada pasar AS seperti tekstil, alas kaki, atau komoditas seperti sawit dan karet bisa terdampak signifikan.

Mendorong Indonesia mencari pasar alternatif di Eropa, middle-east, atau Asia untuk mengurangi ketergantungan pada AS.

Potensi balasan dari Indonesia, misalnya melalui tarif terhadap produk AS atau kebijakan lain yang membatasi ekspor AS ke Indonesia.

Kalaulah ini terjadi, pemerintah Indonesia perlu merespons dengan diplomasi perdagangan yang kuat untuk menegosiasikan ulang tarif tersebut atau mencari strategi mitigasi.

Kompromi

Dalam konteks perang dagang sekarang, Indonesia jelas harus mencari jalan kompromi. Kalau tetap berpikiran BRICS dapat menyelamatkan Indonesia. Itu jelas harapan utopis. Sebagaimana diketahui AS adalah pusat keuangan global yang tak tergoyahkan hingga saat. Apalagi AS sekarang sedang siap-siap untuk mengambil alh kendali minyak di middle-east yang diindikasikan oleh tekanan maksimum terhadap Iran.

Karenanya, Indonesia harus mencari jalan kompromi, bukan hanya karena AS masih merupakan pusat keuangan global, tetapi juga karena ketergantungan ekonomi dunia terhadap dolar AS tetap dominan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun