Kemungkinan Zelensky disingkirkan dari kekuasaan
Jika negosiasi tetap terhambat karena sikap keras kepala Zelensky, maka ada dua kemungkinan besar yang bisa terjadi.
Kudeta politik atau pergantian pemimpin secara demokratis
Jika Zelensky kehilangan dukungan dari Barat, terutama AS, tekanan internal bisa meningkat, baik dari oposisi maupun dari kelompok militer di Ukraina sendiri. AS dan Rusia bisa mendukung figur yang lebih terbuka terhadap negosiasi, misalnya tokoh dari kalangan elite politik atau militer Ukraina yang lebih pragmatis dalam menyikapi perang ini. Pemilu di Ukraina yang dijadwalkan pada 2024 bisa saja digelar 2025 dan itu menjadi momen bagi perubahan, jika tidak terjadi skenario darurat lebih cepat.
Kecelakaan politik atau kejadian tak terduga
Dalam sejarah geopolitik, pergantian pemimpin terkadang terjadi dengan cara-cara tak terduga - bisa melalui tekanan eksternal, pengunduran diri akibat situasi dalam negeri yang tidak terkendali, atau bahkan skenario ekstrem seperti 'penghilangan paksa' (baik oleh faksi internal maupun kekuatan luar). Jika AS, Rusia, dan UE melihat Zelensky adalah penghalang utama menuju perdamaian, mereka bisa membiarkan proses alami menggantikannya, baik dengan mendukung kandidat baru atau melalui tekanan politik lainnya.
Gencatan senjata sementara sambil menunggu pemimpin baru di Ukraina
Skenario ini cukup masuk akal, karena Rusia bisa mengambil keuntungan dari kondisi politik di Ukraina yang tidak stabil.
AS bisa menunda keputusan besar hingga pemerintahan baru Ukraina lebih siap menerima kompromi.
UE yang kini lebih agresif mendukung Ukraina akan dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan tanpa AS, mereka tidak bisa berbuat banyak.
Jika ini terjadi, kita bisa melihat kesepakatan gencatan senjata dalam bentuk sementara (misalnya pembekuan garis pertempuran) hingga ada pemimpin baru di Ukraina yang lebih bersedia untuk bernegosiasi dengan Rusia.