Dukungan implisit terhadap gerakan sayap kanan di Eropa
Vance secara terang-terangan mengecam "tembok api" politik yang menjauhkan partai-partai konservatif dari kekuasaan, secara tidak langsung mendukung partai-partai seperti AfD di Jerman.
Dengan bertemu langsung dengan pemimpin AfD Alice Weidel, Vance memperlihatkan pemerintahan Trump tidak lagi bersikap netral terhadap politik domestik Eropa dan mendukung partai-partai yang memiliki pandangan lebih dekat dengan Trumpisme.
Dengan mengkritik sikap Uni Eropa terhadap AfD, ia mendorong normalisasi partai sayap kanan yang sebelumnya dianggap berbahaya bagi stabilitas politik Eropa pasca-Perang Dunia II.
Sikap lunak terhadap Rusia
Salah satu elemen paling kontroversial dari pidato Vance adalah minimnya kritik terhadap Rusia dan Belarus, yang jelas-jelas memiliki kepemimpinan otoriter selama beberapa dekade. Sebaliknya, ia justru mempertanyakan legitimasi pembatalan pemilu di Rumania meskipun ada campur tangan Rusia.
Dengan Trump yang sudah berbicara langsung dengan Putin dan Hegseth menyatakan Ukraina tidak akan mendapatkan kembali perbatasannya sebelum perang, jelas ada indikasi Washington lebih memilih negosiasi cepat yang menguntungkan Rusia daripada perlawanan berkepanjangan.
Sejak periode pertama Trump, ada dugaan ia ingin mendekati Rusia untuk membentuk keseimbangan kekuatan baru melawan China. Pidato Vance semakin menguatkan dugaan ini.
Isu kebebasan berbicara dan media sosial
Vance menyoroti kebijakan Eropa yang disebutnya menekan kebebasan berbicara, khususnya dalam ranah digital. Ia mengkritik regulasi yang mengatur disinformasi, mengklaim ini adalah cara untuk menekan pendapat yang berlawanan.
Uni Eropa selama ini mengambil langkah keras terhadap disinformasi dan ujaran kebencian, berbeda dengan pendekatan AS di bawah Trump yang lebih bebas.