Wapres AS JD Vance : Uni Eropa Harus Segera Berubah
Membaca CNN Amerika edisi 14 Pebruari lalu, Wakil Presiden AS JD Vance melampiaskan kekesalannya kepada para pemimpin Eropa pada Jumat ybl, dengan mengatakan kepada mereka ancaman terbesar terhadap keamanan mereka adalah dari dalam, bukan dari China dan Rusia.
Vance menggunakan pidato pertamanya sebagai wakil presiden untuk mengecam politisi Eropa, mengklaim mereka menekan kebebasan berbicara, kehilangan kendali atas imigrasi, dan menolak bekerjasama dengan partai-partai sayap kanan dalam pemerintahan.
Para hadirin di Konferensi Keamanan Munich berharap mendengar tentang rencana pemerintahan Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina, tetapi sebaliknya disuguhi penolakan bombastis terhadap ortodoksi liberal yang telah berlaku di Eropa Barat sejak Perang Dunia Kedua, dalam pidato yang meremehkan ancaman terhadap benua itu yang ditimbulkan oleh Rusia dan China.
Ancaman yang paling dikhawatirkan Vance adalah ancaman dari dalam, mundurnya Eropa dari beberapa nilai paling fundamentalnya. Dikatakannya bahwa "mematikan" sudut pandang yang tidak ortodoks adalah cara paling jitu untuk menghancurkan demokrasi, dan meminta para pemimpin Eropa -- yang telah dipilih oleh rakyatnya masing-masing -- untuk menerima apa yang dikatakan oleh rakyat Anda.
Jika demokrasi Amerika dapat bertahan selama 10 tahun di bawah omelan Greta Thunberg, kalian pasti dapat bertahan selama beberapa bulan di bawah Elon Musk, demikian Vance.
Pernyataan luarbiasa dari Wapres AS ini muncul setelah kampanye di mana Donald Trump telah bersumpah untuk mengganggu status quo internasional -- dan saat menjabat ia telah melakukan hal itu dengan kecepatan yang luarbiasa.
Langkah-langkah awal Trump -- termasuk ancaman tarif balasan, penarikan bantuan internasional, dan pendekatannya untuk mengakuisisi Greenland, wilayah otonomi Denmark -- semakin membuat sekutu Amerika khawatir. Yang memperparah ketegangan adalah Elon Musk, miliarder teknologi dan sekutu Trump yang terkemuka, telah memperkuat gerakan sayap kanan di seluruh Eropa tanpa menghadapi kecaman publik dari Gedung Putih.
Juga dari Berlin, Menteri Pertahanan Pete Hegseth menegaskan Ukraina tidak boleh berharap untuk merebut kembali perbatasannya sebelum perang dari Rusia dan akan tetap berada di luar NATO. Beberapa jam kemudian, Trump, setelah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin, mengumumkan bahwa negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina akan dimulai "segera" --- mungkin tanpa Zelensky di meja perundingan.
Vance mencantumkan serangkaian hal yang ia anggap sebagai tanggapan Eropa yang represif terhadap ekspresi politik, mulai dari Inggris yang menangkap seorang pria karena berdoa di dekat klinik aborsi hingga Swedia yang menghukum seorang juru kampanye anti-Islam karena membakar Al-Qur'an di depan umum.