Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengatasi Over Populasi Anjing dan Kucing di Perkotaan Kita

29 Agustus 2023   15:52 Diperbarui: 3 September 2023   00:39 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sekelompok kucing di Aoshima, salah satu pulau kucing di Jepang. Sumber: iStockphoto/ES3N via Kompas.com 

Berperikebinatangan tapi tak melatih dan memberi makan binatang. Ini terkesan kuat match dengan sikon Indonesia saat ini, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya dst.

Kita lihat fenomena orang-orang sok sayang binatang, padahal dalam praktek mereka hanya punya peliharaan doang entah itu anjing atau kucing, tapi kenyataannya mereka tak rajin mengurusnya misalnya melatih bagaimana agar anjing atau kucing peliharaannya dapat kencing dan buang kotoran pada tempatnya.

Perilaku hipokrit berperikebinatangan seperti ini membuat hewan peliharaannya jadi semau gue dan mencemari lingkungan sekitar. Bayangkan, kucing tetangga mencuri ikan pepes kita yang baru selesai dimasak nyonya rumah. Atau anjing tetangga mencuri iga sapi yang tadi pagi dibeli dari pasar pagi dan baru selesai disup dengan rempah yang aduhai dan sambal andaliman yang eksotis dari tanah Batak.

Perilaku kepemilikan hewan peliharaan seperti itu, baik terkait kesadaran akan tanggungjawab terhadap hewan peliharaan maupun dampaknya terhadap lingkungan. Dalam view kekinian, itu setidaknya berangkat dari manusia-manusia yang belum juga matang dalam membangunkembangkan komunitas perkotaan yang cinta terhadap lingkungan sekaligus mengerti bahwa berperikebinatangan itu pada hakekatnya adalah dalam rangka memelihara lingkungan dan bukan merusaknya lantaran tak pernah mengasuh si blackie dan si meong.

Kepemilikan hewan peliharaan dikota-kota besar dan menengah memerlukan tanggungjawab penuh. Memelihara hewan bukan hanya soal memberi makan dan tempat tinggal yang layak, tetapi yang terpenting yang justeru dilupakan adalah melibatkan pelatihan dan perhatian untuk memastikan hewan tsb bisa berperilaku sesuai dengan lingkungannya. Apabila kita mengabaikan pelatihan hewan peliharaan, maka konsekuensinya akan dapat mengarahkan si blackie dan si meong pada perilaku yang tidak diinginkan dan dapat menyebabkan masalah bagi pemilik hewan dan lingkungan sekitar.

Sayang binatang yang tidak diimbangi dengan kemauan si pemilik hewan untuk memperkuat pengetahuannya tentang tanggungjawab terhadap hewan peliharaan. Lingkungan pastinya akan tercemar karena gonggongan anjing yang tiada henti, eongan kucing yang berisik di malam hari. Itu semua akan merusak syaraf manusia-manusia di sekitarnya.

Perlu ada pemrakarsa untuk mengadakan seminar, lokakarya, atau kampanye kesadaran untuk itu yang dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai perlunya latihan dan perawatan hewan peliharaan yang tepat. Tapi siapa sponsornya disini. Sungguh tak mudah.

Pemerintah dan lembaga terkait dapat saja mengadopsi aturan atau peraturan yang lebih ketat terkait kepemilikan hewan peliharaan, termasuk sanksi bagi mereka yang tidak mematuhi peraturan tsb. Langkah-langkah semacam ini sangat diperlukan untuk mengendalikan perilaku warga yang merugikan lingkungan sekitar. Hanya, ini mungkin dipandang sebelah mata saja. Ah masalah anjing dan kucing saja koq repot.

Komunitas lokal, termasuk organisasi penyayang hewan, kalau itu ada di kota anda, mungkin bisa memberikan dukungan dan sumberdaya bagi pemilik hewan yang ingin lebih memahami dan merawat hewan peliharaan mereka dengan benar. Tapi sialnya, di perkotaan kita jarang ada pusat pelatihan hewan, kecuali praktek dokter hewan. Meman gada di instansi tertentu dengan maksud khusus, seperti Polri yang punya pusat pelatihan anjing pengendus narkoba dan pencari jejak penjahat.

Kalaupun anda ingin mengekspresikan kasih sayang kepada hewan, cobalah lihat alternatif lain, seperti menjadi relawan di tempat penampungan hewan, menyumbangkan waktu atau dana untuk organisasi penyayang hewan, atau bahkan mengambil peran berarti dalam kampanye perlindungan hewan. Tapi, lagi-lagi persoalannya adalah mencari ini pun ibarat mencari jarum di tumpukan Jerami. Lebih mudah mencari tikus got daripada mencari orang seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun