Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Melestarikan Rumah Tua dan Pohon Tua dalam Kepariwisataan Kita

9 Desember 2022   15:46 Diperbarui: 15 Desember 2022   03:00 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah tua legacy Belanda yang masih terawat, Jln Diponegoro, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Bella Vista dibangun Belanda pada 1920-1925. Bangunan bergaya arsitektur Belanda ini sudah ada sebelum Balai Kota Malang dan Tugu Kota Malang dibangun. Bella Vista juga pernah menjadi rumah singgah Bung Karno ketika meresmikan Tugu Kota Malang.

Bella Vista dibangun tepat menghadap Sungai Brantas. Rumah ini sengaja dibangun untuk rumah peristirahatan atau rumah villa yang ditinggali keluarga Belanda. 

Bella Vista dipilih sebagai bouwplan 1 atau bangunan percontohan atau model untuk membangun kompleks Belanda di kota Malang. Adapun bouwplan 1 mencakup wilayah yang saat ini ada di Jln Diponegoro, Jln Kartini, Jln Hasanudin hingga Jln dr. Soetomo.

Kalau bangunan publik seperti kolese Cor Jesu atau Frateran di bilangan Jakgung Suprapto, atau Gereja Katholik Bunda Hati Kudus, atau GPIB dan Masjid Agung di bilangan Kajoetangan Heritages, atau Gereja Katedral di bilangan Ijen. 

Itu tak jadi masalah, karena dengan sedikit kordinasi saja dengan Pemkot Malang, bangunan publik yang sudah tua itu aman-aman saja, tanpa perlu khawatir akan dirobohkan dan diganti dengan bangunan dengan gaya arsitektur yang sama sekali baru.

Pohon-pohon tua nan rindang di Jln Veteran, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Pohon-pohon tua nan rindang di Jln Veteran, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Lain halnya dengan bangunan-bangunan tua non-publik. Itu sangatlah rentan dalam perjalanan waktu sebagaimana telah disinggung di muka bahwa perkembangan ekonomi sangat mempengaruhi dinamika warga setempat, bahkan cenderung struggle for the fittest, siapa yang kuat itulah yang dapat bertahan dalam turbulensi zaman. 

Di bagian inilah Pemerintah setempat perlu mewaspadainya. Dengan regulasi yang match dengan pendekatan eco wisata zaman now, saya kira obyek wisata sejarah legacy Belanda itu akan dapat terjaga dan terawat demi dan untuk kelestariannya berabad-abad ke depan.

Demikian juga halnya dengan pelestarian pohon-pohon tua yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Kota Malang sepertinya tak kalah dengan kota Bogor kalau soal pohon-pohon tua. 

Bedanya Bogor memiliki Kebun Raya, Malang hanya memiliki pohon-pohon tua yang rapi berbaris di sepanjang Jln Jakgung Suprapto, di sepanjang Ijen Boulevard, di sepanjang Jln Veteran, di sepanjang Jln Soekarno-Hatta, di sepanjang Jln Diponegoro, di sepanjang Jln. Kartini, Hasanuddin dan dr Soetomo dan di lingkar Tugu Kota Malang. Berkat pohon-pohon tua itu, Malang menjadi teduh dan nyaman di siang hari.

Manusia sekali lagi adalah makhluk yang terdinamis di portibi atau dunia ini. Dia akan selalu merindukan masa lalu, ketika masa depan sudah melelahkan syaraf-syaraf kreatifnya. Dia suka hanyut dalam sejarah mengenang kebesaran orang-orang tempo doeloe dengan segala kisah sejarah di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun