Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Mengenang Kembali Kisah Pilu dan Kegagalan Diplomasi di Balik Lepasnya Timor Timur

27 Juli 2022   23:40 Diperbarui: 28 Juli 2022   20:26 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikmati kisah-kisah spionase yang kerap tersaji di film-film Hollywood, bagi saya sangat mengasyikkan. Selalu ada rasa penasaran yang perlu dituntaskan. Tapi bagaimana kalau kisah-kisah seperti itu tersedia di dalam sebuah buku? Ternyata asyik juga. 

Rasa ingin menikmati keasyikan itulah yang memantik keinginan saya untuk membaca sebuah buku yang sebetulnya sudah cukup lama terbit. Judul bukunya: Timor Timur, Gagalnya Sebuah Diplomasi: Suatu Analisa dan Kritik Seorang Pelaku Sejarah, yang diterbitkan Indie Publishing tahun 2014.

Sekali sapuan jemari, buku yang ditulis Basilio Dias Araujo tersebut sudah sampai di pintu rumah dalam tempo satu hari saja.

Oh ya, keinginan untuk membaca buku ini sebetulnya bukan saja karena menyenangi tema-tema spionase dan intelijen, tetapi juga karena isu Timor Timur dalam minggu terakhir kerap muncul di beranda media sosial saya.

Ternyata, Timor Timur kini genap berusia 20 tahun setelah secara resmi diakui PBB pada 2002 silam, usai memenangi Jajak Pendapat untuk berpisah dari Indonesia tiga tahun sebelumnya. Lebih tepatnya pada 30 Agustus 1999.

Waktu sangat cepat berlalu, meski di ujung ingatan 1998 masih tergambar jelas bagaimana saya dan seluruh siswa SMP diajak pihak sekolah untuk menonton film perjuangan integrasi Timor Timur ke Indonesia. Saya sudah lupa judul film itu, tapi yang jelas isinya bercerita tentang sebuah patriotisme dan nasionalisme. 

Saya juga masih ingat betul nama Obelio Jose Osorio Soares, nama Gubernur Timor Timur yang dulu wajib dihafalkan siswa SD. Nama itu sangat unik bagi kami siswa-siswi di pedalaman Tapanuli. Itu yang mungkin membuat nama itu terus melekat dalam ingatan.

Buku ini kian menarik bagi saya karena penulisnya adalah seorang Senior di kampus tercinta: Fakultas Sastra dan Bahasa Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Basilio saat ini juga tercatat sebagai Ketua Ikatan Alumni Fakultas Sastra dan Bahasa (Ikafasas) UKI. Kalau begitu, alasan kenapa harus membaca buku ini sudah lengkap.

Begini kisahnya:

Membaca buku ini Anda akan dibawa ke banyak peristiwa sedih yang digambarkan Basilio secara gamblang. Rangkaian kisah Timor Timur yang bermula pada 1974, saat Portugal mengalami gejolak politik luar biasa yang dikenal Revolusi Bunga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun