Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Partai Tommy Gagal Masuk Senayan, Rakyat Tak Lagi Rindu Soeharto?

18 Mei 2019   01:11 Diperbarui: 18 Mei 2019   01:39 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Piye kabare? Enak zamanku toh?" Saya yakin kalimat yang dilengkapi sosok Soeharto yang sedang melambaikan tangan ini sudah akrab bagi masyarakat Indonesia. Paling sering dilukis indah di bagian belakang truk, kaos, dan tentu banyak tersebar di jagad maya.

Kalimat itu kini melekat sebagai kalimat yang seolah-olah diucapkan mantan Presiden Soeharto, yang berkuasa selama 32 tahun lamanya. Padahal, Soeharto tak pernah mengucapkan kalimat itu. Hanya seolah-olah saja karena sebagian rakyat merasa era reformasi justru lebih buruk ketimbang era Soeharto.

Barangkali karena masih adanya kerinduan sebagian rakyat terhadap orde baru itulah yang kemudian mendorong Keluarga Cendana untuk kembali ke pentas politik.

Mbak Tutut adalah trah Soeharto yang pertama kali ingin membangkitkan romantisme orde baru. Maklum, semasa berkuasa, Mbak Tutut sudah meniti karir politiknya sebagai Mensos di kabinet terakhir Soeharto.

Hanya berselang sekali Pemilu setelah reformasi, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) yang didirikan Mbak Tutut resmi menjadi parpol peserta Pemilu 2004. Tetapi parpol dengan warna khas hijau tua dan pohon beringin ini gagal masuk ke parlemen.

Sebaliknya, Golkar yang identik dengan Soeharto sejak orde baru justru menjadi pemenang di Pemilu 2004. Meraih suara terbanyak, mengalahkan PDIP sebagai juara bertahan Pemilu 1999. Nama besar Soeharto ternyata masih melekat ke Golkar, bukan ke PKPB.

Akibat kegagalan itu,, Mbak Tutut lantas menepi dari dunia politik. Barulah 15 tahun kemudian, tepatnya Pemilu 2019, trah Soeharto kembali mengemuka. Kali ini, Tommy Soeharto yang akrab disebut Pangeran Cendana yang langsung naik ke gelanggang.

Tommy sebagai "Soeharto Reborn" muncul dengan partainya: Beringin Karya alias Berkarya. Berbeda dengan PKPB yang dominan hijau tua, Berkarya lebih memilih warna Golkar: kuning. Berkarya hanya sedikit mengubah logo milik Golkar dan tetap mempertahankan pohon beringin sebagai ikonnya.

Tetapi lagi-lagi, Tommy Soeharto gagal membangkitkan romantisme Soeharto. Berkarya gagal meraih ambang batas parlemen sebesar 4 persen, walau seluruh kekuatan keluarga Cendana sudah bersatu di sana.

Sudah cukupkah dua kegagalan tersebut dijadikan bukti bahwa gen politik Soeharto tidak diwariskan ke anak-anaknya? Mungkinkah ada faktor lain yang menghambat kembalinya trah Soeharto ke pentas politik nasional? Atau jangan-jangan mayoritas rakyat tak lagi merindukan era Soeharto? Entahlah.

Mari kita tunggu lagi Pemilu berikutnya. Siapa tahu, Tommy masih penasaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun