Pendahuluan
Dalam tradisi Islam, ritual qurban adalah salah satu praktik keagamaan yang memiliki makna besar. Ini adalah ekspresi nilai pengorbanan dan ekspresi ketaatan spiritual.[1] Pemahaman tentang aspek psikologis ritual keagamaan seperti qurban sangat penting dalam psikologi agama karena ritual tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan emosional seseorang dan kohesi sosial komunitas.[2] Meskipun qurban memiliki peran penting dalam ibadah keagamaan, penelitian mendalam tentang efek psikologisnya masih sedikit dan terdiri dari banyak literatur yang belum disusun dengan baik.
Dalam artikel ini, metode studi literatur dipilih untuk memeriksa hasil empiris dan teori terbaru tentang dampak emosional dan sosial dari praktik qurban. Metode ini memungkinkan integrasi berbagai sumber akademik yang relevan dari bidang psikologi, sosiologi, dan studi agama. Ini menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh.[3] Studi literatur juga berfungsi sebagai landasan kuat untuk menemukan celah penelitian saat ini dan menawarkan garis besar untuk penelitian empiris yang akan datang.
Tujuan utama artikel ini adalah untuk merangkum dan menganalisis hasil utama. Hasil-hasil ini berfokus pada dampak sosial seperti meningkatkan solidaritas dan kohesi komunitas yang dihasilkan dari pelaksanaan ritual qurban, serta dampak emosional seperti rasa syukur, kedekatan spiritual, dan pengorbanan. Akibatnya, artikel ini diharapkan dapat memperluas pemahaman kita tentang psikologi qurban, yang selama ini jarang menjadi fokus kajian secara khusus dalam literatur psikologi agama dan studi ritual keagamaan.
Salah satu manfaat dari penelitian ini adalah kemampuannya untuk menyajikan analisis menyeluruh yang dapat digunakan sebagai referensi akademik dan praktis untuk pemuka agama, psikolog, dan praktisi sosial dalam merancang intervensi yang mendukung manfaat psikologis dan sosial ritual qurban. Selain itu, artikel ini menambahkan dimensi empiris terkait ritual qurban sebagai praktik religius yang memiliki efek psikososial penting.[4]
Dampak psikologis dan sosial dari ritual qurban dipelajari melalui metode studi literatur. Jenis literatur yang dianalisis termasuk buku akademik, artikel jurnal peer-reviewed, dan laporan ilmiah terbaru yang berfokus pada psikologi agama, sosiologi agama, dan studi ritual keagamaan. Untuk menjamin kualitas dan keabsahan informasi, literatur yang dipilih berasal dari sumber yang kredibel dan terindeks di database internasional.[5]
Kriteria inklusi yang diterapkan meliputi publikasi dalam bahasa Inggris dan Indonesia, diterbitkan dalam rentang waktu 2000 hingga 2024, serta secara eksplisit membahas aspek psikologis, emosional, dan sosial dari ritual keagamaan, khususnya qurban atau ritual pengorbanan sejenis. Sedangkan kriteria eksklusi meliputi literatur populer, opini tanpa dasar empiris, dan artikel yang tidak fokus pada aspek psikologis atau sosial dari ritual keagamaan. Untuk memastikan kelengkapan data, analisis juga menghilangkan literatur yang tidak tersedia secara lengkap .[6]
Metode
Prosedur pencarian literatur dilakukan melalui berbagai database akademik seperti Scopus, Web of Science, PubMed, Google Scholar, dan Portal Garuda dengan menggunakan kombinasi kata kunci yang disesuaikan, antara lain "psychology of qurban", "religious ritual and emotional impact", "social effects of sacrifice ritual", dan "psychology of religious sacrifice". Proses pencarian dilakukan secara sistematis dengan tahap screening abstrak, evaluasi isi penuh, dan penilaian kesesuaian terhadap fokus penelitian.[3]
Teknik analisis data literatur yang digunakan adalah analisis tematik dan sintesis naratif. Analisis tematik memungkinkan pengidentifikasian pola-pola utama dan tema sentral yang muncul secara konsisten dalam literatur yang dikaji, sementara sintesis naratif membantu menyusun rangkuman holistik yang menghubungkan temuan-temuan penelitian yang berbeda ke dalam kerangka konseptual yang koheren.[7]
Untuk memastikan validitas penelitian literatur, proses pencarian dan seleksi dilakukan secara transparan dan berulang, dan peneliti kedua melakukan pengecekan silang untuk mengurangi bias seleksi. Namun, studi literatur memiliki keterbatasan alami, seperti bias publikasi dan keterbatasan akses ke sumber tertentu. Keterbatasan ini dapat memengaruhi luas dan kedalaman penelitian. Oleh karena itu, temuan penelitian ini dianggap sebagai kesimpulan yang kuat, dan temuan ini memerlukan penelitian empiris tambahan untuk mendukungnya.[8]