Mohon tunggu...
suharno arno
suharno arno Mohon Tunggu... profesional -

syair kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Pak Andi, Satu Orang Satu Pohon;Jangan Tutup Lubang Biopori

10 Maret 2010   12:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:30 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sore itu hari sangat cerah. Tak terlihat langit murung karena mendung. setiap pulang sore hari, aku selalu melihat Pak Andi bergelut dengan tanah. Bapak yang usianya telah mencapai 50 tahun ini tak merasa jijik walaupun sebenarnya dia bisa menyuruh pembantunya untuk mengerjakan itu semua. Pekerjaan beliau adalah seorang wirausaha. Namun Beliau sangat gemar menanam berbagai macam tumbuhan dengan menggunakan pupuk daur ulang. aku jadi teringat Kompasiana Nokiagreenambssador. Oleh sebab itu aku coba meminta keterengan beliau mengenai kepeduliannya terhadap lingkungan. Beliau orang yang sangat ramah sehingga ketika ku sapa ia tersenyum sambil mengelap keringat di dahinya karena habis mencangkul. kusembunyikan telepon genggamku yg telah ku record untuk merekam percakapanku tanpa sepengetahuan dia. sambil memegang pohon di sampingnya, aku mulai bergerilya dengan pertanyaan-pertanyanku. Aku : “Sore pak, Bapak sedang apa?” Pak Andi: “Saya sedang mananam pohon di lingkungan rumah kita. Aku : “Pak saya boleh bertanya?” Pak Andi: “Boleh, apa yang bisa saya bantu?” Aku : “Sejak kapan Pak Andi mulai gemar menanam tumbuhan dengan menggunakan pupuk daur ulang?” Pak Andi : “Awalnya saya tidak suka menanam, tapi saya melihat banyak ibu-ibu yang suka menanam tubuhan, kemudian saya melihat tumbuhan dan bunga-bunga yang bagus. Itu sekitar 4 tahun yang lalu. Awalnya saya hanya membeli satu pohon yang sudah jadi, tapi dari hasil perawatan lama-lama mulai tumbuh kecintaan untuk menanam pohon-pohon ini. Aku : “Mengapa Pak Andi dapat termotifasi untuk menanam tumbuhan dengan pupuk tersebut?” Pak Andi : “Karena saya sering melihat berita, baik di media televisi maupun radio, kemudian pemerintah juga  mengajak untuk kita harus prihatin terhadap lingkungan kita, terutama hasil dari penebangan hutan liar yang dahulu tidak ditata pemerintah. Sekarang kita sudah banyak mengetahui dampaknya. Longsor di mana-mana, kemudian wisata alam di sekitar gunung-gunung telah gersang. Dimana sebetulnya anak cucu kita perlu untuk mengetahui hijaunya di pegunungan, kemudian oksigen yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan sekarang banyak berkurang. Lalu mulailah saya mencoba mencintai tanaman yang ternyata hasilnya cukup bagus dan dapat mengobati stres sehabis kita bekerja. Aku : “Bapak juga membuat pupuk ya! Bahan-bahan apa saja yang Bapak gunakan untuk membuat pupuk dari daur ulang?” Pak Andi : “Dulunya saya beli yang sudah instan, lalu sering menonton televisi, kemudian pada satu acara disitu diajarkan bagaimana membuat pupuk organik sendiri yaitu dengan daun-daun kering, kemudian dikumpulkan, kita tambah dengan pupuk hewan dari kotoran burung atau sapi, dll. Juga kita beri sekam padi ditambah dengan enzim untuk mengurai zat organik menjadi kompos atau zat makanan yang dibutuhkan bagi tanaman ini. Aku : “Adakah kesulitan dalam memelihara tumbuhan yang Bapak miliki dengan menggunakan pupuk daur ulang tersebut?” Pak andi : “Jika kesulitan itu tidak ada, hanya keuletan dan kemauan kita saja. Dimana pupuk organik sangat mudah didapat, kemudian keuntungan juga banyak disamping mudah di dalam pemupukan, pemberian makanan pada  tumbuh-tumbuhan kita ini. Aku : “Dampak seperti apa yang terjadi pada tanaman Pak Andi setelah memakai pupuk tersebut?” Pak Andi : “Waktu saya tidak memakai pupuk organik, saya memakai pupuk yang instant. Jika kebanyakan tanaman ini tidak menjadi subur tetapi menjadi rontok, kering dan akhirnya mati. Saya pikir dulu semakin beri banyak pupuk akan tumbuh lebih besar dan pertumbuhan menjadi jauh lebih baik, ternyata pendapat saya keliru dari pengalaman yang sudah didapat. Kita bisa melihat tumbuhnya tanaman organik ini jauh lebih baik, bunga lebih segar dan buahnya pun bergizi. Aku : “Apa keuntungan pada lingkungan jika banyak orang yang menggunakan pupuk daur ulang?” Pak Andi : “Kembali ke pokok permasalahan sampah, jika satu orang ingin menanam pohon dan membuat pupuk organik, otomatis kita membantu pemerintah mengurangi sampah. Karena semua itu tidak hanya mengandalkan pemerintah saja. Semua sampah kita kumpulkan dan di daerah Bantar  Gebang tinggal menunggu hasil sampah sehingga pencemaran lingkungan berkurang. Sudah kita masukkan juga ke dalam biopori, kita bisa jadikan pupuk dan lubang biopori bisa kita jadikan untuk penyerapan air tanah. Aku : “Untuk pertanyaan terakhir, pesan apa yang ingin Bapak sampaikan kepada masyarakat yang lain untuk lebih peduli terhadap lingkungan?” Pak Andi : “Cintailah lingkungan hidup karena kita masih diharapkan untuk generasi berikutnya dengan mencintai lingkungan hidup. Otomatis anak cucu kita akan merasakan keindahan alam di Indonesia tempat kita. Saya menganjurkan untuk mengikuti program pemerintah yaitu satu orang menanam satu pohon, dimana satu pohon bisa menghasilkan oksigen untuk kebutuhan dua orang, juga saling menggemari untuk tanah jangan ditutup dengan semen dan berilah lubang biopori, sehingga sama-sama mengurangi bencana banjir, karena lubang biopori dapat menyerap air hujan. Aku : "mmmmmmm." sambil mengangguk-anggukan kepala. aku memahami penjelasan Pak Andi. Tak terasa senja hampir menghilang, Pak Andi mencuci tanggannya. Sambil membereskan peralatan-peralatan kebunnya. Aku berpamitan pulang dengan Pak Andi. sembari meminta Maaf. Mimik Pak Andi Bengong keakraban tadi di akhiri kata 'Maaf' . aku meninggalkan Pak Andi dengan senyum terkulum. maaf telah merekam pembicaraan tanpa sepengetahuanmu. he he he.... [caption id="attachment_90675" align="aligncenter" width="225" caption="Pak Andi, Foto ini diambil di kantor yang juga rumahnya sendiri."][/caption] Luar biasa, seandainya semua orang seperti Pak Andi maka indonesia akan hijau kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun