Di bawah atap yang berdesir angin
sebuah wajah kecil menatap pagi
Matanya dua bulan sabit
memantulkan tanya dan janji
Di balik dinding papan tua
ia berdiri dalam diam yang bercerita
tentang rumah sederhana dan aroma tanah
tentang masa kecil yang tak pernah lelah
Bajunya lusuh, tapi senyumnya tak luntur
seperti embun yang tak gentar mentari
Ada kekuatan dalam tiap helai rambut kusutnya
seperti semesta menyusun ulang puisi
Si kecil di bawah langit biru itu
tak tahu bahwa ia puisi yang hidup
Langkahnya adalah bait-bait yang belum ditulis
tangannya menyentuh waktu yang lembut
Wahai dunia, lihatlah padanya sejenak saja
anak kampung yang menyimpan cahaya
Dalam tatapannya, aku melihat harapan
seluas ladang, sedalam lautan
Dan bila kelak ia berjalan di jalan yang jauh
ingatlah: ia tumbuh dari rumah papan
dengan cinta yang diam-diam tumbuh
di antara anyaman waktu dan papan berlubang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI