'Hah!!! Aneh banget si!.' aku teriak di dalam kelas, untungnya sedang tidak ada dosen.Â
'Sssttt... udah lu biasa aja, kan kemaren gua udah bilang sama lu.' aku pikir Reni ada di pihakku.Â
Aku mencoba membuka WA grup Melati, ternyata semuanya sudah keluar dari grup ketika aku presentasi kecuali aku dan Reni. Aku kecewa dengan teman ku sendiri, terlalu polos bagiku untuk percaya dengan teman. Kesalahpahaman ini sungguh sangat lucu bagiku. Ketika aku sedang berjuang untuk memberikan yang terbaik ternyata teman ku sendiri mempunyai pikiran yang buruk tentang ku.Â
Aku mencoba menenangkan diri dengan membeli seblak depan kampus bareng Reni. hari ini aku mau level  yang pedas. Agar aku bisa bijak menangani masalah ini.Â
Pikiran ku mulai kembali tenang, dengan kepala dingin aku berpikir bahwa tidak baik aku menyalahkan orang lain, mungkin aku terlalu naif menganggap semua orang baik. Lagi pula sejak dari awal aku tidak setuju untuk membentuk sebuah geng. Aku belajar untuk bisa berdiri sendiri dan mulai membatasi diri dengan orang-orang yang ada di sekelilingku. Lucu saja bagiku, nasib geng melati hanya sampai disini dengan masalah yang tidak jelas.Â
.
.
.
'Nurul, buat tugas selanjutnya lu mau sekelompok sama gua lagi gak?' Hp ku berdering,Â
Aku membuka pesan tersebut, dengan tangan bergetar aku membaca pesan yang masuk. Ternyata pesan itu dari Pandu.Â