Mohon tunggu...
Panca Nur Ilahi
Panca Nur Ilahi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Rebahan

Limpahkan pemikiran dengan sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lampu Malam

21 September 2020   23:06 Diperbarui: 21 September 2020   23:44 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah hampir setengah jam aku di perpustakaan, sambil menunggu Kevin aku membaca skripsi lain untuk mendapat inspirasi, Hp ku bergetar tanda masuknya sebuah pesan WA, aku buka pesan itu 'Cup gua gak bisa nemenin lu sorry banget ya' aku terdiam, ternyata pesan dari Kevin, ini sudah kesekian kalinya aku diperlakukan seperti ini oleh Kevin. Aku hanya bisa menghela nafas 'Hufft' sambil membaca skripsi yang ku pegang. 

Disaat seperti ini aku hanya bisa terdiam tanpa ada reaksi kekecewaan yang aku tunjukan. Aku berdiri dan berjalan untuk menenangkan diri, berjalan ke arah lorong rak aku menaruh skripsi yang aku baca. Akhir-akhir ini memang Kevin menghubungi ku jika dia butuh bantuan mengenai skripsinya saja. Namun saat ini kali pertama aku membutuhkan Kevin. 

Hp ku bergetar lagi, kali ini pesan dari dosen pembimbing ku 'Assalamualaikum mas, hari ini tidak jadi bimbingan ya. Saya ada urusan.' membaca pesan ini aku bingung harus membalas apa karena sudah dari jauh-jauh hari aku meminta waktu untuk bertemu dengan beliau. 'Walaikumsalam, iya pak tidak apa-apa' sambil mengerutkan dahi aku membalas pesan WA itu. 

Waktu sudah menunjukan pukul 14.00 WIB, aku harus bergegas untuk kelas Sosiologi Pembangunan. Di dalam kelas aku bertemu dengan Kevin namun aku hanya terdiam melihat sikapnya yang seakan tidak terjadi apa-apa. 

'Cup...ucup... Yusuf!' sambil menepak pundak ku Anton memanggil. 

'Eh iya kenapa ton?' aku menoleh ke Anton yang duduk tepat di belakang ku. 

'Lu kok bengong, noh lagi di absen.' Anton terheran dengan sikap ku.

'Hadir pak.' Sambil mengangkat tangan aku tersenyum ke Anton tanda terima kasih sudah menyadarkan ku. 

Kelas ini berlangsung hingga sore hari, aku tidak terlalu fokus dengan materi yang dijelaskan, terlalu banyak pikiran yang ada di otakku. Hanya ada pertanyaan 'Mengapa semua masalah ini terjadi di saat aku butuh dukungan orang lain? Aku hanya ingin menyelesaikan pendidikan ku ini, cukup.' 

semua masalah yang terjadi selalu aku pendam agar aku terlihat kuat dan tidak dikasihani orang lain, namun ternyata aku manusia biasa yang butuh dukungan dan tempat cerita. Aku bingung tanpa pegangan karena masalah yang kuhadapi selama setahun ini. 

Niatan ku untuk cerita ke teman terdekat ku ternyata sia-sia, mereka tidak terlalu peduli dengan diriku, yang mereka pedulikan bagaimana mereka bisa menyelesaikan urusannya dengan lancar. Mungkin hanya aku yang merasa mereka adalah teman ku, sedangkan mereka menganggap aku sebagai teman jika sedang butuh saja. Begitu miris pertemanan di kota metropolitan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun