Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencari Hati Rukmini

9 Maret 2021   17:22 Diperbarui: 9 Maret 2021   18:07 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kembali ke masalah Yono saja ya. Supaya cerita ini fokus. Supaya tidak ruwet seperti sinetron di televisi yang diawasi komisi penyiaran itu.

"Aku sudah tidak punya harapan lagi. Anakku tetap seperti itu. Tidak mau menikah. Ada saja alasannya. Malah aku yang disuruh kawin lagi. Aku minta bantuanmu. Kamu paling bisa diandalkan untuk hal-hal semacam ini."

Saya takjub. Bagaimana bisa Yono meminta bantuan dari orang yang belum menikah. 

"Aku tahu kamu belum menikah. Tetapi aku punya keyakinan kalau lewat kamulah masalah anakku akan selesai."

Gila. Lelaki itu bisa membaca pikiran saya. Atas dasar apa juga dia yakin pada saya. 

"Mimpi Nu. Aku sudah lelah. Bantu aku"

Asem. Dia menjawab isi pikiran saya lagi. Karena tak punya pilihan lagi, saya berjanji akan mencobanya. Sekaligus memberikan ultimatum, bahwa saya hanya mencoba. Tidak lebih dari itu.

...

Pertama-tama saya ajak Rukmini ketemu. Setelah beberapa kali selalu gagal, entah dia sengaja menghindar atau perasaan saya saja, sore itu kami duduk bersama. Dia masih mengenakan baju kantornya. Saya sengaja mencegat di kantornya. 

Ada cafe di depan kantornya. Dia mengajak saya ke sana. Tentu saja kami saling mengenal. Yono adalah teman karib saya. Meski saya lebih muda lima tahun. Rukmini ini memanggil saya dengan sebutan Om. 

"Saya tahu kamu tahu apa yang akan Om lakukan. Ini permintaan yang sebisa mungkin sudah saya tolak Nduk. Tapi saya sudah janji akan mencobanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun