Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Tech Buzz Socialist

https://www.didikpurwanto.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ini Solusi Tekan Harga Daging Sapi

29 Juni 2016   03:11 Diperbarui: 29 Juni 2016   03:12 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Perdagangan Thomas Lembong saat pemaparan Kompasiana Nangkring bersama Kementerian Perdagangan di Anomali Cafe Cikini, Jakarta, Rabu (22/6). Foto: Dok.pri

Ramadan dan Lebaran menjadi salah satu momen bagi pengusaha untuk mengeruk untung. Tak terkecuali meraup berkah dari harga daging sapi yang terus melambung.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga daging sapi rata-rata secara nasional mencapai Rp 113.370 per kilogram pada 1 Juni 2016. Harga tertinggi mencapai Rp 116.190 per kilogram pada 6 Juni 2016 atau hari pertama Ramadan.

Hingga 28 Juni 2016 harga daging sapi masih Rp 115.060 per kilogram. Artinya masih ada kenaikan harga. Padahal Presiden Joko Widodo menginginkan harga daging sapi bisa setara di Malaysia sekitar Rp 80 ribu per kilogram.

Untuk memangkas harga daging sapi yang masih tinggi di pasar, pemerintah memutuskan mengimpor daging sapi dari Australia. Keputusan tersebut diambil untuk menekan harga daging sapi lokal yang semakin melonjak.

Pemerintah pun gencar operasi pasar, khususnya menjual harga daging sapi Rp 80 ribu per kilogram sesuai arahan Presiden.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, importasi daging sapi hanya sementara, khususnya meredam harga yang naik saat Ramadan dan menjelang Lebaran. “Impor hanya solusi jangka pendek,”kata Thomas saat Kompasiana Nangkring bersama Kementerian Perdagangan di Anomali Cafe Cikini, Jakarta, Rabu (22/6).


Menurut Thomas, sekitar 70 persen pengguna daging sapi berada di Jabodetabek. Di luar wilayah tersebut, pasokan sapi tercukupi dari peternakan rakyat sehingga daging sapi impor tidak terlalu diperlukan.

“Kami mengimpor daging sapi ribuan ton sebenarnya hanya untuk Jabodetabek dan Jawa Barat. Di luar wilayah itu sebenarnya sudah bisa swasembada,”katanya.

Pernyataan Thomas begitu mengejutkan saya. Sebagai masyarakat awam, saya melihat harga daging sapi terus melambung tinggi di semua daerah.

Jika bercermin dari pernyataan tadi, berarti pengusaha atau pedagang berusaha mengambil keuntungan secara besar-besaran. Tentunya, masyarakat awam akan dirugikan.

Namun pemerintah mengklaim punya cara jitu mengantisipasi kenaikan harga daging sapi yang terus terjadi setiap tahun. Presiden Jokowi bahkan sempat menginginkan momen Ramadan dan Lebaran bisa menjadi ajang diskon bagi pengusaha, sama seperti perayaan di luar negeri. Bukan malah harga terus melambung tinggi.

Thomas menyebutkan, harga daging sapi di Malaysia bisa lebih murah karena mereka efisien. Infrastruktur di Malaysia dan Singapura begitu tertata sehingga biaya distribusi murah. “Di sana tidak macet. Pasti biaya angkut beda (tentu lebih murah),”kata Thomas.

Di luar negeri, pengangkutan sapi ke rumah potong hewan (RPH) tidak perlu distribusi panjang. Beda dengan Indonesia yang harus seakan impor sapi dari Nusa Tenggara Timur serta daerah lain untuk memasok daging sapi ke Ibu Kota.

Apalagi RPH di luar negeri lebih modern karena memotong hewan memakai mesin sehingga mampu mengolah ratusan karkas per jam. “Di sini kita harus asah pisau dulu. Kita sangat lamban sehingga biaya per unit berbeda,”ujarnya.


Untuk mengantisipasi kenaikan harga di masa mendatang, pemerintah terutama Kementerian Perdagangan akan mendatangkan importasi sapi bakalan sehingga bisa dikembangkan di Tanah Air.

Thomas mengakui peternakan rakyat di Indonesia mampu menggemukkan (feedlot) sapi secara bagus sehingga industri tersebut layak dikembangkan di masa mendatang. Pemerintah pun telah membuat proyek uji coba di Bogor terkait penggemukan sapi.

Thomas menilai, sinergi dengan Australia atau negara lain terkait sapi juga terus digalakkan. Australia dinilai unggul dalam pembibitan sapi. Di dalam negeri pun kini sudah unggul dalam pemotongan.

“Kalau di sini nanti RPH sudah bagus, bisa memotong sapi sendiri sehingga menciptakan lapangan kerja. Saya lebih suka kedaulatan pangan,”ujarnya.

Terkait infrastruktur, pemerintah telah membangun tol laut sehingga memudahkan pengiriman barang, khususnya daging sapi melalui kapal laut. Biaya pengadaan lebih bisa ditekan.

Lama bongkar muat di pelabuhan (dwelling time) pun ditekan sehingga juga memangkas biaya.  Pasokan barang pun bisa segera dikirim ke pasar. Hal ini memangkas rantai pasok distribusi barang sehingga tidak ada permainan pedagang.

Sistem pergudangan ke depan juga terus diperbaiki untuk mengantisipasi pasokan daging sapi yang terus melimpah, termasuk gudang untuk bahan pangan lainnya.

Namun yang terpenting lagi, pola pikir masyarakat harus diubah. Selama ini masyarakat enggan mengonsumsi daging impor karena beku.

Padahal daging beku dapat ditahan di gudang. Daging tersebut bisa sewaktu-waktu dikeluarkan, khususnya saat harga di pasar melonjak.

“Ini yang harus diubah. Kami akan stok hewan hidup sebanyak-banyaknya dan daging sapi beku untuk mengantisipasi kenaikan harga,”katanya.

Thomas optimistis sentra-sentra sapi pada peternakan rakyat ke depan terus digalakkan. Pemerintah pun kini gencar membangun waduk dan perbaikan irigasi di sekitar tanaman jagung dan peternakan sapi.

Harapannya, peternakan sapi rakyat bisa hidup mandiri sekaligus bisa membesarkan peternakannya hingga mampu mencukupi kebutuhan nasional.

Bukan tidak mungkin Indonesia akan swasembada sapi meski Presiden Joko Widodo menilai terlalu pesimistis terkait swasembada daging sapi yang baru bisa dilakukan 10 tahun lagi. “Padahal saya menginginkan tujuh tahun bisa swasembada sapi,”kata Thomas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun