Karena mungkin mereka berpikir bahwa lebih enak meminjam pekerjaan teman daripada memikir sendiri. Tinggal mencontoh. Beres. Begitu saja!
Memang ada siswa yang berpandangan seperti itu. Jumlahnya mungkin lebih banyak ketimbang yang kreatif. Jumlah banyak tersebut umumnya karena proses adanya pengaruh. Dan, kita mafhum bahwa pengaruh buruk lebih cepat menular daripada pengaruh baik.
Membuatnya kreatif
Tentang ini saya memang menanyakan langsung kepadanya. Karena bagi saya penting untuk diketahui, setidaknya untuk saya.
Kalau akhirnya dapat dibagikan kepada siswa lain itu keniscayaan. Karena sangat mungkin dapat menjadi inspirasi.
Itu sebabnya, saya menanyakannya di depan siswa lain. Sehingga, setidaknya siswa yang duduk di sekitarnya dapat mendengar jawabannya.
Terhadap yang tidak mendengarnya, saya mengolah jawabannya begini. Pertama, ketika mendaftar sekolah saat PPDB, dia gagal diterima di sekolah pilihan. Sebab, nilainya lebih rendah dibandingkan dengan nilai calon siswa yang lain.
Di dua sekolah pilihannya, baik pilihan pertama maupun kedua, gagal diterima. Dia merasa betapa sulitnya mau menjadi siswa di sekolah pilihan. Harus ke sana ke sini.
Ibunya yang saat itu membersamainya juga merasakan kesulitan yang sama. Bahkan, sedih dan khawatir. Jangan-jangan anaknya tidak mendapat sekolah hingga waktu pendaftaran tutup.
Dari pengalaman itu, muncul dari dalam dirinya semangat untuk belajar. Dia harus berusaha. Tidak mau dikalahkan oleh suasana hati. Sehingga sesulit apa pun materi yang dipelajari, dia berusaha mencari solusi untuk memahaminya.
Intinya, pengalaman kegagalan masuk di sekolah pilihan menjadi titik balik baginya untuk lebih bersemangat, kreatif, dan berpikir positif dalam belajar. Kesadaran yang tumbuh bermula dari kegelisahan, kekhawatiran, dan kegagalan.